IPO Saham Garuda Sepi Peminat?
VIVAnews - Penawaran saham PT Garuda Indonesia dikabarkan kurang diminati investor seiring dengan situasi pasar modal saat ini yang sempat terkoreksi beberapa hari terakhir.
"Garuda tampaknya kurang diminati. Banyak faktor penyebabnya, yang terutama timing-nya saat ini tampaknya kurang pas, baik domestik maupun global," kata seorang direktur perusahaan sekuritas asing kepada VIVAnews.com di Jakarta, Senin, 31 Januari 2011.
Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah 78,44 poin (2,24 persen) ke posisi 3.409,16. Akhir pekan lalu, indeks juga melemah 27,01 poin (0,76 persen) ke level 3.487,61.
Sementara itu, di pasar global, indeks Hang Seng pada penutupan perdagangan kemarin juga melemah 169,68 poin (0,72 persen) ke posisi 23.447,34 dan Nikkei 225 terkoreksi 122,42 poin (1,18 persen) menjadi 10.237,92.
Edgar Ekaputra, Direktur Utama PT Danareksa (Persero), induk usaha PT Danareksa Sekuritas, yang menjadi penjamin pelaksana emisi penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham Garuda ketika dimintai konfirmasi mengatakan, "Kalau masalah itu, saya belum dapat update-nya. Harus ditanyakan kepada Danareksa Sekuritas."
Dia membenarkan, saat ini memang sedang dalam proses menuju masa penawaran umum. Masa penawaran umum perdana saham Garuda dijadwalkan pada 2, 4, dan 7 Februari 2011. "Sekarang lagi on going, ditangani Marciano (Marciano Herman, Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas)," ujar dia.
Namun, hingga berita ini diturunkan, Marciano belum bisa dimintai konfirmasi soal ini. Telepon genggamnya tidak diangkat.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bahana Securities, Eko Yuliantoro, ketika dihubungi VIVAnews.com hanya mengatakan,"Saya tidak ingin berkomentar soal itu." Bahana Securities juga merupakan salah satu penjamin pelaksana emisi IPO saham Garuda. Penjamin pelaksana emisi lainnya adalah PT Mandiri Sekuritas.
Meski demikian, manajemen Garuda Indonesia optimistis penawaran saham Garuda akan laku di pasar.
Menurut Direktur Teknologi Informasi dan Perencanaan Garuda Indonesia, Elisa Lumbantoruan, banyaknya investor Garuda baru diketahui pada saat masa penawaran yang akan dimulai Rabu pekan ini dengan masa penjatahan dijadwalkan 9 Februari 2011.
"Kami tidak tahu sepi atau tidak, karena (masa penawaran) baru dibuka tanggal 2 dan ditutup 7 Februari," ujarnya kepada VIVAnews.com.
Ketika ditanya mengapa mengambil harga yang terendah, menurut Elisa, level Rp750 merupakan harga yang wajar. Seperti diketahui, Garuda awalnya ditawarkan pada kisaran harga Rp750-1.100 per unit.
Namun, pemerintah memutuskan untuk menetapkan harga Rp750 per saham.
"Kalau harga terendah karena kondisi pasar, tapi sebenarnya ini harga yang wajar," katanya.
Sementara itu, Direktur Investasi Jamsostek, Elvyn G. Massasya, menambahkan, upaya PT Jamsostek menyerap lima persen saham free float Garuda berdasarkan pertimbangan untuk jangka panjang. Saham Garuda berpotensi menguat dalam jangka menengah hingga panjang.
"Setahu saya, untuk saham free float sekarang, setelah di-adjust, posisinya oversubscribed. Tapi, tidak terlalu besar," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Mustafa Abubakar juga mengatakan bahwa selama masa roadshow, saham Garuda cukup baik diapresiasi pasar global karena mempunyai reputasi internasional. Namun, dia mengakui saham Garuda hanya kelebihan permintaan 1,3 kali.
Kepala Riset PT Recapital Securities, Pardomuan Sihombing, mengatakan upaya Jamsostek untuk menyerap saham Garuda semata untuk tujuan investasi dan mengharapkan keuntungan. "Saya pikir tidak ada intervensi (Kementerian BUMN)," tuturnya.
Pardomuan menilai, secara valuasi, saham Garuda di level Rp750 masih murah. Struktur bisnis Garuda yang juga menyasar pasar penerbangan domestik dan internasional cukup menjanjikan. "Apalagi, dengan kondisi geografi Indonesia yang berkepulauan, transportasi udara menjadi cukup efektif," ujarnya.
Namun, sebelumnya, Kepala Riset PT e-Trading Securities, Bertrand Reynaldi, berpendapat, harga penawaran perdana saham Garuda yang berada pada kisaran Rp750 cukup mahal. Karena, harga saham itu merefleksikan 32,41 kali rasio harga saham dibanding laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) dan 2,21 kali rasio harga saham dibanding nilai bukunya (price to book value/PBV).
Dia lalu mencontohkan, PER dan PBV maskapai Malaysian Airlines yang hanya 7,06 kali dan 1,22 kali. Singapore Airlines memiliki PER dan PBV masing-masing 14,06 kali dan 0,85 kali. Begitu pula dengan Cathay Pacific Airways yang memiliki PER 8,47 kali dan PBV 0,93 kali, serta China Southern Airlines yang tercatat dengan PER 13,54 kali dan PBV 1,06 kali.