Saham Indofood, Astra Layak Diburu Hari Ini?
VIVAnews - Pelaku pasar diperkirakan akan memburu saham berkapitalisasi besar berbasis konsumsi guna mengantisipasi koreksi Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ini. Koreksi tersebut menyusul sentimen negatif bursa global karena huru-hara anti pemerintah Mesir telah kian memuncak sehingga memicu investor mengalihkan investasi.
"Saham-saham perusahaan berbasis konsumsi layak dikoleksi hari ini," ujar Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, 31 Januari 2011.
Saham barang-barang konsumsi menjadi menarik karena selalu menjadi favorit, baik bagi investor asing maupun domestik. Apalagi, populasi penduduk Indonesia sangat besar dengan daya beli yang terus meningkat.
Dia lantas merekomendasikan sejumlah saham berpotensi menghasilkan keuntungan, seperti PT Astra Internasional Indonesia Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Sepanjang Januari 2011, saham Indofood berhasil bertahan pada kisaran Rp 4750-4850 pada saat IHSG terkoreksi hingga sembilan persen sepanjang satu bulan tersebut.
Adapun saham Astra Internasional yang sempat terpuruk karena kejatuhan indeks awal tahun, kemudian mampu bertahan pada kisaran Rp 46.000-Rp 52.000. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, saham berkode ASII ditutup menguat 150 poin pada level Rp 51.350 kendati IHSG terkoreksi hingga Rp 3.487. ASII juga menjadi top 10 saham papan atas pada perdagangan akhir pekan lalu.
Hasil survei konsumen Credit Suisse Indonesia memperkuat kenapa saham berbasis konsumsi menarik dikoleksi. Survei itu menunjukkan 29 persen dari pengeluaran anggaran rumah tangga digunakan untuk makanan.
Meski pendapatan masyarakat Indonesia terendah di antara negara dengan pasar yang tengah berkembang (emerging market), hasil survei menunjukkan rumah tangga Indonesia optimistis terjadi peningkatan pendapatan dalam 12 bulan ke depan.
Meski laju inflasi masih mengancam, Credit Suisse optimistis tidak akan terlalu berpengaruh. Sebab, tingkat kemampuan orang Indonesia berbelanja masih tinggi. "Jika inflasi masih terjaga single digit, masih aman untuk Indonesia," ujar analis Credit Suisse Teddy Oetomo.