Enam Bank Sentral Bersatu, Bursa Asia Melaju
VIVAnews - Saham-saham di bursa Asia mengalami untung terbesar dalam dua pekan terakhir pada perdagangan hari ini, Kamis 1 Desember 2011. Penguatan ini dipicu oleh aksi enam bank sentral dunia yang bergerak bersama untuk membantu likuiditas bagi bank-bank Eropa dengan menyediakan pembiayaan dolar AS yang lebih murah.
Keenam bank tersebut adalah The US Federal Reserves, European Central Bank, serta bank-bank sentral di Kanada, Inggris, Jepang, dan Swiss. Bank sentral tersebut sepakat untuk menurunkan biaya penukaran dolar AS sebesar 50 basis poin mulai 5 Desember mendatang. Serta kesepakatan untuk melakukan perjanjian bilateral guna menyediakan likuiditas dengan mata uang lainnya
Seperti dikutip Reuters, Kamis, 1 Desember 2011, indeks MSCI di kawasan Asia Pasifik di luar Jepang naik 3,5 persen, atau tertinggi sejak pertengahan November. Hal ini dipicu indeks bursa saham AS yang melonjak empat persen dan Eropa sebesar dua persen pada perdagangan Rabu kemarin.
Sementara itu, indeks Nikkei di bursa Jepang juga mengalami kenaikan sebesar dua persen, atau tertinggi dalam 25 hari perdagangan bursa.
Bursa saham Hong Kong juga tampil memukau dengan kenaikan indeks Hang Seng sebesar 5,3 persen setelah pemerintah memutuskan memotong rasio persyaratan cadangan untuk pembiayaan komersial. Kebijakan itu pertama kalinya dilakukan sejak tiga tahun terakhir dan memberi sinyal terjadinya pelemahan ekonomi di kawasan tersebut.
"Ini jelas risiko sehari, sehingga perlu dilakukan tindakan apa pun yang dilakukan dalam semalam," ujar Ekonom Senior dari RBC Capital Markets, Su-Lin Ong.
Dari Tanah Air, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari juga ikut merespons positif perkembangan bursa-bursa di Asia dan dunia. IHSG pada pukul 10.45 WIB tercatat menguat 85,63 poin atau 2,29 persen ke level 3.800,115.
Kendati merespons positif terhadap kinerja bursa hari ini, sejumlah analis masih mewaspadai apa yang terjadi pada perdagangan saham hari ini. Analis menilai langkah bank sentral ini hanya mengulur waktu bagi Eropa untuk terus memerangi krisis surat utang yang semakin parah.
"Langkah ini menunjukkan mereka berusaha memperpanjang upaya penanganan darurat. Hal yang lebih penting adalah apakah Eropa akan memberikan dana talangan lebih besar dan hal ini masih belum jelas," kata Chief Strategist Daiwa SB Investment di Tokyo, Soichiro Monji. (art)