Kebutuhan Rumah Tinggi, Bisnis KPR Untung
VIVAnews - Jumlah kebutuhan rumah setiap tahun tidak pernah terpenuhi. Bahkan, pada 2014, jumlah kekurangan rumah (backlog) sebanyak 5,5 juta unit, sedangkan jumlah rumah tangga baru di bawah lima tahun mencapai 3,5 juta lebih.
Direktur PT Sarana Multigriya Finansial, Trisnadi Yulrisman, menilai, produk perbankan berupa layanan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) akan tetap berkembang dengan adanya backlog itu. Bahkan, dikatakan sangat potensial.
"Setiap tahun, saldo KPR terus meningkat signifikan. Pada 2008 mencapai Rp101 triliun dan melonjak pada 2011 menjadi Rp152,8 triliun," kata Trisnadi usai paparan publik obligasi berkelanjutan I SMF tahap I/2011 berjamin aset piutang KPR, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Selasa 29 November 2011.
Sementara itu, rasio KPR terhadap Produk Domestik Bruto pada 2008 mencapai 2,04 persen. Selanjutnya pada 2009 mencapai 2,05 persen dan 2010 menjadi 2,12 persen. Pada 2011, rasio KPR naik tipis menjadi 2,23 persen. "Rasio ini masih sangat kecil, sehingga perlu meningkatkan aktivitas KPR," ungkap Trisnadi.
Trisnadi menuturkan, untuk memenuhi target peningkatan aktivitas KPR itu, diperlukan berbagai strategi. Di antaranya, pertama, mendorong bertambahnya volume KPR, baik konvensional maupun syariah yang memiliki investment grade.
Kedua, dia melanjutkan, menyalurkan dana kepada lembaga penyalur KPR dalam bentuk repo KPR atau jual beli tagihan bersyarat. Ketiga, menciptakan produk pasar modal berbasis KPR yang dapat menjadi alternatif investasi.
"Terakhir, bersinergi dengan para pelaku dan stakeholder untuk mendorong pertumbuhan pasar pembiayaan primer dan sekunder perumahan," kata dia.
Target laba bersih
Sementara itu, Direktur SMF, Sutomo, menargetkan perolehan laba bersih untuk tahun depan bisa meningkat 50 persen. "Posisi hingga hari ini, 29 November, perolehan laba bersih mencapai Rp80 miliar, itu unaudited ya," kata dia.
Peningkatan laba itu, menurut dia, akan diperoleh dari tambahan modal yang diberikan oleh pemerintah Rp1 triliun. Selanjutnya berasal dari jasa sekuritisasi, dan pemberian pelatihan. "Dari pemberian training itu lumayan, meskipun hitungannya hanya puluhan juta," ungkapnya.
Selain laba, dia juga mengungkapkan, total aset perusahaan hingga saat ini mencapai Rp3,2 triliun.
Sementara itu, SMF mencatat, penyaluran KPR hingga saat ini sudah mencapai Rp2,16 triliun. "Porsinya, yang bank syariah Rp700 miliar, sisanya bank konvensional," kata Sutomo. (art)