PU: Investigasi Jembatan Runtuh Butuh Sebulan
VIVAnews - Kementerian Pekerjaan Umum menegaskan bahwa pemerintah tidak terburu-buru mengambil kesimpulan penyebab runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur Sabtu lalu, 26 November 2011.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PU, Djoko Murjanto menuturkan, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan tim ahli. "Lagipula peristiwa itu baru empat hari terjadi," kata dia, kepada wartawan di Sumbawa Barat, Rabu 30 November 2011.
Lebih lanjut, Djoko menegaskan, belum ada pihak yang harus bertanggung jawab atas peristiwa yang menimbulkan korban jiwa tersebut. Saat ini, tim investigasi yang dilakukan oleh Bina Marga, BNPB, tim ahli dan lainnya masih berlangsung.
"Sebagaimana yang sudah kami sampaikan, belum ada perkembangan karena tim investigasi masih bekerja dan mengumpulkan data-data lapangan," kata Djoko.
Pengumpulan data-data terkait peristiwa itu, menurutnya, dapat memakan waktu hingga satu bulan lebih. Selain itu, proses pengumpulan data juga masih berlangsung.
Dengan demikian, Djoko meminta agar semua pihak untuk bersabar menunggu hasil investigasi. Setelah data dan sampel terkumpul, selanjutnya akan dites di laboratorium sehingga proses investigasi tergantung dengan banyaknya data yang berhasil dikumpulkan.
"Jangan sampai menteri didorong-dorong untuk cepat mengambil kesimpulan, karena itu berbahaya, lebih baik lepas saja. Kalau datanya masuk, lengkap, ya bisa cepat. Kalau datanya belum lengkap, ya bersabar karena kita tidak ingin buru-buru ambil kesimpulan," ujarnya.
Sementara itu, terkait adanya informasi mengenai kesalahan manusia dalam peristiwa itu, menurutnya, itu masih belum ada. Lagipula hingga saat ini, belum ada temuan terkait kesalahan siapa. "Belum ada, kalau ada yang menyatakan itu salah, tetapi saya belum tahu salahnya siapa. Human error atau apa, saya menyatakan belum ada," tutur Djoko.
Di ketahui, sejauh ini, baru 19 korban yang telah ditemukan. Diperkirakan, masih banyak korban lain yang terjebak di dasar sungai. Basarnas juga belum berani menyebutkan berapa jumlah korban yang terjebak di bawah reruntuhan.
Sebab, jumlah pastinya masih menghitung dari banyaknya mobil yang terperangkap. Untuk menghitung jumlah mobil yang terperangkap, Basarnas juga masih akan melakukan menggunakan teknologi sonar untuk mengetahui kondisi kontur permukaan dasar sungai. (Laporan: Edy Gustan | NTB, eh)