SBI Turun, Bank Indonesia Untung?
VIVAnews- Sertifikat Bank Indonesia (SBI) turun Rp57 triliun semenjak diberlakukannya perpanjangan periode holding dari 1 bulan menjadi 6 bulan (six month holding period). Lebih dari sebulan, SBI turun Rp47 triliun, dari posisi Rp233 triliun pada 11 Mei 2011 menjadi Rp186 triliun pada 17 Juni 2011.
Menurut Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti, BI akan lebih diuntungkan dengan penurunan SBI karena tidak perlu membayar bunga lebih besar. Keuntungan lainnya adalah bisa mengurangi fluktuasi rupiah karena uang asing jangka pendek makin berkurang.
"Ini lebih menguntungkan BI" ujarnya kepada VIVAnews.
Investor asing yang membeli SBI umumnya investor jangka pendek atau hedge fund. Namun ketika ditanya apakah investor yang masih bertahan saat ini adalah investor jangka panjang, ia menjawab ada dua kemungkinan yaitu investor yang ingin menempatkan dananya dalam jangka panjang atau dana SBI itu belum melewati ketentuan holding period (enam bulan).
Rupiah, lanjut dia, saat ini fluktuasinya tidak terlalu tinggi. Penguatan rupiah yang terjadi didukung banyak faktor yaitu adanya arus modal karena dukungan ekonomi domestik, pelemahan dolar secara global dan adanya prospek pertumbuhan di Indonesia.
Sebelumnya BI mengungkapkan turunnya minat investor pada SBI terkait pada persepsi investor yang masih melihat sebagai instrumen investasi. Padahal SBI merupakan instrumen untuk efektivitas kebijakan moneter. "Jika ditempatkan di SBI harus menahan enam bulan lagi. Investor takut ada instrumen lain yang menarik dan mereka tidak memiliki dana sebab sudah ditaruh di SBI. Makanya mereka mengurangi investasinya di SBI" ujar Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah.
Dana dari SBI itu dialihkan ke berbagai macam jenis instrumen investasi seperti repurchase agreement (repo), Surat Berharga Negara (SBN) serta ke saham. Hal itu dikarenakan tingkat pengembalian yang cepat."Dan sebagian dibawa kembali ke negara asalnya" tambahnya. (eh)