Ekonom Bank Mandiri: RI Tumbuh 6,2% di 2012
VIVAnews - Krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika pada 2012 mendatang diperkirakan belum mereda, namun perekonomian Indonesia disinyalir tetap solid.
Bahkan, pengamat ekonomi Mandiri Group, Destry Damayanti, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 diperkirakan mencapai 6,2 persen. Sebab, Indonesia masih didukung tumbuhnya sektor ekonomi domestik.
"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan turun dari sebelumnya 6,5 persen. Inflasi year on year tahun depan 5,5 persen atau naik dari tahun sebelumnya 4,5 persen," kata Destry dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu 7 Desember 2011.
Menurut Destry, ekonomi Indonesia cukup impresif karena ekonomi domestik masih menjadi penggerak utama pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 6,5 persen year on year pada kuartal III-2011. Inflasi juga masih terkendali di level 4,1 persen pada November 2011.
Dia menuturkan, posisi fiskal Indonesia juga masih sehat. Rasio utang terhadap PDB hanya 25 persen dengan defisit anggaran hanya 1,5 persen, sehingga ruang untuk penyesuaian fiskal masih lebar.
Selanjutnya, cadangan devisa masih sehat di level US$111 miliar, walaupun terjadi penurunan besar pada September dan Oktober yang mencapai US$125 miliar.
Bank Indonesia, menurut Destry, terus melakukan pelonggaran moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Misalnya, dengan menurunkan BI Rate sebesar 75 basis poin menjadi enam persen dalam dua bulan terakhir. "Ini terendah sepanjang sejarah," ujar dia.
Destry melanjutkan, indikator utama ekonomi Indonesia juga terus menunjukkan tren yang meningkat. Kondisi perbankan dinilai tetap sehat dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 17 persen jika dibandingkan delapan persen yang diperkirakan BI. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada di bawah tiga persen jika dibandingkan perkiraan BI.
"LDR (loan to deposit ratio) mencapai 80 persen dengan pertumbuhan kredit 24 persen. Kebijakan makro ekonomi yang berhati-hati tetap dipertahankan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi," kata dia.
Hingga saat ini, dia menambahkan, kondisi perbankan masih aman. Sebab, BI dan pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang bijaksana.
Ekonomi Domestik Tulang Punggung
Sementara itu, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai mengalami perlambatan, dia memperkirakan sektor ekonomi domestik menjadi tulang punggung pertumbuhan.
Ekonomi domestik, menurut Destry, terdiri atas belanja swasta pada 2011 yang diperkirakan mencapai 4,7 persen, belanja pemerintah 3,8 persen, dan gross fixed capital formation sebesar 7,7 persen.
Sedangkan untuk 2012, belanja swasta diperkirakan turun menjadi 4,5 persen, belanja pemerintah naik menjadi 7,2 persen, dan gross fixed capital formation mencapai 7,5 persen.
"Tiga sumber ini sudah menyumbangkan 95 persen dari total PDB," ungkapnya.
Untuk ekspor, kata dia, pada 2011 diperkirakan mencapai 15,9 persen dan akan turun pada 2012 menjadi 8,8 persen. Sementara itu, impor pada 2011 mencapai 15 persen dan pada 2012 juga akan turun menjadi 10 persen.
"Ekspor impor hanya menyumbang sekitar lima persen, sehingga pemerintah harus fokus di tiga sektor itu. China sama dengan kita, tapi fokusnya lebih ke investasi," ujar dia. (art)