Mari Elka: Industri Pariwisata Anti-Krisis
VIVAnews - Di saat situasi krisis ekonomi dunia yang tidak menentu, ternyata sektor pariwisata Indonesia tidak rentan terhadap krisis. Data 2009 menunjukkan, di tengah krisis ekonomi dunia, pariwisata Indonesia naik tipis 0,36 persen. Padahal ekspor turun 14 persen.
"Di tengah krisis ekonomi ternyata sektor pariwisata mempunyai catatan penting. Ternyata pariwisata tidak rentan terhadap krisis, karena kalau orang sedih pasti ingin liburan," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu dalam Pelantikan Badan Pengurus Pusat HIPMI di Jakarta, Minggu 4 November 2011.
Berdasarkan pengalaman 2009 itulah, Mari Elka optimistis jumlah wisatawan baik domestik maupun asing akan terus meningkat pada 2012 mendatang. Hal itu merupakan potensi bisnis yang harus ditangkap oleh pengusaha muda.
Mari Elka menjelaskan, berdasarkan tren 2009, wisatawan asing menghabiskan uang sebesar US$1,000 per orang selama liburan. Sedangkan wisatawan nusantara menghabiskan Rp600 ribu per orang.
Menurut dia, wisatawan asing menghabiskan uangnya 30 persen untuk hotel, 28 persen untuk wisata kuliner, 15 persen untuk belanja dan 6,5 persen untuk menonton pertunjukan seni dan budaya.
Sedangkan untuk wisatawan nusantara menghabiskan 30 persen belanja, 15 persen untuk wisata kuliner, dan 3,7 persen untuk pertunjukan seni dan budaya. "Orang Indonesia lebih banyak belanja untuk oleh-oleh," kata mantan Menteri Perdagangan ini.
Wisatawan asing terbanyak yang datang ke Indonesia berasal dari Australia, China, Timur Tengah dan Rusia. Wisatawan asal Rusia biasanya menginap selama 2 minggu sedangkan wisatawan asal China biasanya menginap 3-5 hari.
"Wisatawan Rusia biasanya mencari suvenir yang mahal sedangkan wisatawan China biasanya mencari suvenir yang murah sekali atau sekalian yang mahal," jelas Mari.
Hal ini, lanjutnya, merupakan peluang bagi pengusaha Indonesia untuk menggarap industri pariwisata. Banyaknya turis Rusia membuka peluang pengusaha yang ingin membuka restoran Rusia.
Potensi pariwisata terbesar berada di daerah Lombok dan Tanjung Lesung. Untuk itu pemerintah mendorong investasi dalam negeri dan asing untuk membangun infrastruktur Indonesia seperti airport, pelabuhan untuk menunjang sektor pariwisata.
Pemerintah telah menganggarkan Rp210 triliun untuk pembangunan infrastruktur Koridor 5 Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan 196 proyek selama 3-6 tahun ke depan.
"Dana itu untuk membangun pelabuhan kapal pesiar, jalan, air dan listrik," kata Mari. "Sedangkan investor asing diarahkan untuk pariwisata kelas atas."