Deutsche Bank: Ekonomi RI Susul Brazil
VIVAnews - Kabar menggembirakan lagi bagi masa depan perekonomian Indonesia. Deutsche Bank dalam salah satu laporannya memperkirakan Indonesia berpotensi untuk mengalami pertumbuhan ekonomi seperti pernah dialami Brazil pada tahun 1990-an.
Seperti diketahui, Brazil saat ini masuk dalam kelompok BRIC yang merupakan negara-negara kekuatan baru perekonomian dunia. Selain Brasil, anggota lainnya adalah Rusia, India, dan China.
"Indonesia sangat potensial, jika hal itu disadari, bisa tumbuh seperti Brazil dalam beberapa tahun ke depan," ujar laporan Deutsche Bank seperti dikutip VIVAnews.com dari laman cnbc.com, Selasa, 24 Mei 2011.
Penilaian Deutche Bank ini didasarkan pada posisi utang pemerintah yang rendah dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang terus menguat. Kondisi ini memungkinan Indonesia untuk menjadi salah satu tujuan investasi bagi pemodal asing.
Deutche Bank membandingkan perekonomian Indonesia pada tahun ini dengan kondisi ekonomi Brasil pada tahun 1990-an.
Dalam laporannya, Deutche menyebutkan Indonesia kini menikmati rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen selama periode 2006 hingga 2010.
Dengan pertumbuhan terebut, pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini bakal bertahan pada posisi 6 persen. Laju pertumbuhan ekonomi seperti ini, ungkap Deustche mirip dengan kondisi Brazil tahun 1990-an.
Indonesia juga tercatat mengalami defisit anggaran paling rendah diantara dengan Asia Tenggara dan menargetkan penurunan defisit hingga 1,4-1,6 persen pada tahun 2012. Upaya itu sebagai salah satu langkah untuk memperoleh penilaian dari lembaga pemeringkat internasional.
Pada bulan Februari 2011 lalu, Deutsche juga mencatat Indonesia kini tinggal setingkat lagi untuk memperoleh peringkat negara tujuan investasi (investment grade) untuk pertama kalinya setelah krisis ekonomi melanda wilayah Asia.
Seperti diketahui, lembaga pemeringkat Fitch Ratings menaikan peringkat surat utang luar negeri Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi positif.
Di samping melihat dari sisi utang, Deutsche juga menganggap konsumsi domestik Indonesia sebagai kekuatan yang sangat besar. Dengan 232 juta penduduk, Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan terbesar di Asia Tenggara
"Populasi ini yang akan melakukan konsumsi," ujar Global Director of Custom Research at the Economist Intelligence Unit (EIU), Tony Nash.
Ditambahkannya, tingkat konsumsi Indonesia telah meningkat 4,5 kali dalam 10 tahun terakhir dengan tingkat penjualan mobil yang meningkat 57 persen pada tahun 2010 dan sepeda motor 26 persen.
Deutsche melaporkan tingkat konsumsi ini diperkirakan akan terus meningkat.
"Jumlah masyarakat yang masuk kategori produktif akan terus meningkat paling tidak 15 tahun mendatang," ujar laporan Deutsche seraya menilai kondisi ini akan menambah jumlah tenaga kerja produktif dan peningkatan pendapatan.
Meskipun mengalami berbagai kemajuan di berbagai bidang seperti stabilitas ekonomi makro, kandungan sumber daya alam yang melimpah, utang yang terjaga, Deutsche mengingatkan Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan untuk menarik minat investor.
"Pasar tenaga kerja yang tidak fleksibal adalah isu besar bagi investor asing," ujar Nash. Korupsi, infrastruktur, dan regulasi yang tidak kompetitif juga menjadi permasalahan yang harus diselesaikan Indonesia.
"Kunci utama bagi Indonesia yang harus segera dibenahi adalah membangun kapasitas institusi dan peraturan yang dapat diprediksi (tidak berubah-ubah)," kata Nash.