Stanchart: Maret Akan Deflasi 0,1 Persen
VIVAnews - Standard Chartered Bank memperkirakan Indonesia bakal mengalami deflasi pada Maret 2011 sebesar 0,1 persen. Secara year on year, laju inflasi ditaksir mencapai 6,9 persen atau jauh di atas target pemerintah sebesar 5,3 persen.
"Selama ini, sejarahnya memang inflasi Maret cenderung turun," kata Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Erik Sugandi, dalam diskusi tentang Perekonomian Indonesia Terkait Krisis Timur Tengah dan Jepang di Jakarta, Selasa, 29 Maret 2011.
Menurut Erik, deflasi pada Maret 2011 disebabkan oleh sejumlah faktor, utamanya karena masuknya musim panen di sejumlah sentra produksi beras nasional. Musim panen dipastikan akan menyebabkan stok pangan nasional ikut terjaga di samping adanya penurunan harga di tingkat konsumen.
Faktor lain adalah kebijakan pemerintah yang membebaskan bea impor untuk sejumlah komoditas pangan. Sebagai informasi, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 13/PMK 011/2011 tentang Perubahan Kelima atas PMK Nomor 110/PMK.010/2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor.
PMK ini efektif berlaku pada 24 Januari 2011 hingga 31 Desember 2011 dan akan dilakukan evaluasi dua bulan sebelum jangka waktu berakhir. Dengan ketentuan baru tersebut, tarif bea masuk atas barang impor untuk 57 produk pangan ditetapkan sebesar 0 persen.
Erik menambahkan, deflasi pada Maret 2011 juga kemungkinan disebabkan adanya penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Selain itu, adanya kebijakan Bank Indonesia selaku pengendali moneter yang tidak menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate.
Namun, Erik menyatakan inflasi hingga akhir 2011 diperkirakan mencapai sekitar 7 persen. Asumsi ini didasarkan pada tingkat produk domestik bruto (PDB) yang ditaksir sebesar 6,5 persen dan harga minyak mentah dunia sebesar US$105 per barel hingga akhir 2011.
"Jika tidak ada pembatasan atau kenaikan harga minyak, bisa menciptakan turunnya inflasi. Bisa di bawah 6,5 persen," kata Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia, Fauzi Ichsan.
Dalam analisisnya, Erik juga memperkirakan inflasi tertinggi akan dialami Indonesia pada kuartal II-2011 atau tepatnya mendekati Mei 2011. Inflasi terutama dipicu oleh faktor domestik akibat dampak psikologis masyarakat yang sudah mempersiapkan pengeluaran untuk tahun ajaran baru.
Selain itu, masuknya bulan puasa serta Lebaran akan ikut mendorong laju inflasi. (art)