Kenapa Saham Infrastruktur Layak Dikoleksi?

VIVAnews - Pelaku pasar modal diperkirakan masih berorientasi pada saham-saham infrastruktur dan komoditas pada transaksi hari ini, Kamis 20 Januari 2011. Hal tersebut guna mengantisipasi pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Pelaku pasar akan memilih buy on weakness (membeli saat harga saham terkoreksi) saham infrastruktur dan komoditas, karena masih menjanjikan," kata Kepala Riset PT Recapital Securities Pardomuan Sihombing ketika dihubungi VIVAnews.com di Jakarta.
Pada transaksi kemarin, indeks bursa saham ditutup pada posisi 3.534,28 atau melemah 14,36 poin (0,40 persen). Hampir semua indeks sektoral di bursa saham juga mengalami pelemahan.
Menurut Pardomuan, saham infrastruktur layak dikoleksi terkait proyek-proyek infrastruktur pemerintah yang gencar digarap tahun ini. "Jalan tol dan transportasi oke, kecuali telekomunikasi karena persaingan di industri itu saat ini ketat," ujar dia.
Seperti diketahui, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menggenjot pembangunan infrastruktur sepanjang tahun ini. Dana yang dianggarkan mencapai Rp126 triliun. Nilai pagu anggaran Kementerian Pekerjaan Umum mencapai Rp57,9 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp37,9 triliun.
Infrastruktur menjadi pusat perhatian, karena pemerintah berniat menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen per tahun. Tahun ini ditargetkan ekonomi tumbuh 6,4 persen dan naik terus hingga tahun-tahun berikutnya.
Selain infrastruktur, Pardomuan juga menyarankan investor memburu saham-saham komoditas tambang, terutama batu bara. Sebab, kurangnya pasokan batu bara di dunia menjadi sentimen positif bagi untuk penguatan saham batu bara domestik. "Australia terkena bencana banjir dan harga batu bara saat ini masih bergerak naik," kata dia.
Harga batu bara saat ini mencapai US$136,30 per metrik ton berdasarkan harga mingguan di Newcastle dari pekan sebelumnya di level US$129 per mterik ton.
Pardomuan kemudian merekomendasikan saham infrastruktur dan tambang antara lain PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
Gina Novrina Nasution, pengamat pasar modal juga menyarankan pelaku pasar tetap mengakumulasi saham-saham indutri batu bara seperti PTBA, BUMI, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Menurut dia, harga komoditas tambang tersebut yang cenderung naik dan proyeksi kinerja 2010 perseroan yang bakal positif akan mendorong saham-saham diakumulasi para investor. "Jadi, mulai lah mengakumulasi," tuturnya. (art)