Kenapa Harga Baja Bakal Naik Tajam 2011

VIVAnews - Harga baja tahun ini diperkirakan bakal naik akibat kenaikan harga bijih dan serbuk besi (iron ore dan scrap).
"Harga naik, terutama akibat adanya pembatasan ekspor iron ore dari negara bagian India Karnataka, India," kata Co Chairman Flat Product IISIA Irvan K Hakim di Jakarta, Senin 17 Januari 2010.
World Steel Dynamics memproyeksikan harga rata-rata baja pada enam bulan ke depan sebesar US$850 per ton atau naik tajam sebesar 37 persen dibanding harga pada semester pertama tahun lalu.
Selain itu, faktor cuaca juga memengaruhi harga scrap sehingga terjadi kekurangan pasokan.
Irvan menambahkan, beberapa produsen baja dunia seperti ArcellorMittal juga menghentikan aktivitas produksi tiga blast furnace di Eropa pada akhir 2010. "Produsen baja Sidor Venezuela dan Brazil juga menghentikan produksinya," kata dia.
Adapun permintaan pasokan domestik untuk baja nasional terhadap sektor otomotif diperkirakan mengalami kenaikan.
Irvan memperkirakan, pertumbuhan domestik mencapai delapan juta ton pada akhir 2011 atau CAGR naik enam persen dari tahun lalu sebesar 7,4 juta ton.
Sementara itu, PT Krakatau Steel Tbk akan membangun blast furnish sebesar 1,5 juta pada tahun 2013 dengan nilai investasi US$500 juta. "Kami menjajaki dengan PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk," kata Irvan yang juga menjabat sebagai Direktur Pemasaran Krakatau Steel.
Krakatau Steel menargetkan volume produksi baja akan naik 15 persen dari tahun lalu (2010) menjadi sebesar 1,8-1,9 juta ton.
Sedangkan untuk perusahaan patungan perseroan dan Posco, saat ini masih tahap persiapan lahan. Perusahaan tersebut akan membangun pabrik dengan kapasitas tiga juta ton yang diperkirakan berproduksi pada 2014. Investasi untuk pabrik ini sebesar US$ 2,7-3 miliar.