Pertamina: Jual Pertamax Untung Lebih Tinggi
VIVAnews - Larangan penggunaan Premium bagi kendaraan pribadi telah memberi peluang bisnis bagi pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina. Bagaimana tidak, margin bahan bakar tak bersubsidi lebih besar dibandingkan Premium.
"Ini sebenarnya peluang bisnis bagi pengelola SPBU," kata Harun saat dihubungi VIVAnews.com, di Jakarta, Kamis 23 Desember 2010.
Pertamina memberi margin BBM bersubsidi bervariasi dari Rp150 per liter untuk SPBU biasa, dan Rp180 untuk SPBU Pasti Pas. Sedangkan margin Pertamax berkisar antara Rp350-380 per liter.
Namun, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi mengatakan, margin yang lebih besar ini tidak sebanding dengan investasi yang harus dikeluarkan, terutama bagi SPBU yang hanya memiliki dua dispenser.
"Jangan lihat SPBU-SPBU besar. Lihat SPBU kecil di daerah pinggiran Jakarta," katanya. Bagi SPBU kecil, paling tidak harus menambah dua tangki dan dua dispenser. "Kira-kira membutuhkan Rp2 miliar lagi," katanya.
Menurut dia, jika hanya mengandalkan margin penjualan Pertamax, investasi baru kembali dalam dua tahun. Sedangkan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi masih belum jelas sampai kapan.
Hiswana Migas mendesak pemerintah segera mengeluarkan peraturan guna memberi jaminan kebijakan ini. "Kalau ternyata pembatasan hanya berlaku 1-2 tahun, mengapa pemilik SPBU investasi lagi?" ujarnya.
Ia berpendapat, lebih baik pemerintah menaikkan harga Premium, sehingga pemilik SPBU tidak perlu lagi investasi.
Mengenai investasi ini, Pertamina telah meminta pemerintah agar bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberi bantuan pinjaman lunak kepada pengusaha SPBU. Dengan pinjaman ini, diharapkan pengusaha SPBU bisa menambah dispenser supaya bisa menjual bahan bakar nonsubsidi. "Ini kan sebenarnya program pemerintah," katanya. (art)