S&P Naikkan Peringkat Usaha Grup Lippo
VIVAnews - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menyatakan bahwa Standard & Poor’s (S&P) menaikkan peringkat LPKR untuk long-term corporate credit rating menjadi BB- dari B+, dengan outlook stabil.
Pada saat yang bersamaan, S&P juga menaikkan peringkat US$395,6 juta senior unsecured notes LPKR yang jatuh tempo 2015 menjadi BB- dari B+ dan memberikan peringkat axBB+ ASEAN regional scale untuk LPKR.
"S&P menaikkan peringkat LPKR, karena berharap kinerja operasional perseroan yang kuat akan berlanjut untuk 12 sampai 24 bulan mendatang," kata Vice President, Head of Corporate Communicatios Lippo Karawaci Danang Kemayan Jati saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Senin 5 Maret 2012.
Danang menambahkan, dalam laporannya S&P juga menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat telah menghasilkan permintaan yang kuat terhadap produk properti dan healthcare, serta peningkatan okupansi hotel dan pusat perbelanjaan Lippo Karawaci.
S&P dalam laporannya, kata dia, juga mengantisipasi profitabilitas perusahaan akan tetap stabil dan tingkat pinjaman tumbuh lebih lambat di 2012. Kedua faktor ini akan membuat rasio lease-adjusted debt to EBITDA kurang dari empat kali di tahun ini, dibandingkan dengan rata-rata 4,7 kali selama tiga tahun terakhir.
Selain itu, lanjut Danang, S&P berkeyakinan bahwa Lippo Karawaci dapat terus memperbaiki posisi keuangannya. Sebab, risiko eksekusi dari ekspansi perusahaan di bidang healthcare sudah berkurang, seperti terefleksi dari pertumbuhan kontribusi dari bisnis ini kepada pertumbuhan secara grup.
"Menurut pandangan S&P, healthcare akan menghasilkan arus kas yang lebih stabil dibandingkan pengembangan properti, meskipun marginnya lebih rendah," kata dia.
S&P, menurut Danang, juga menilai bahwa recurring income Lippo Karawaci dari penyewaan properti, property management, dan deviden dari investasi perusahaan dalam First Real Estate Investment Trust (First REIT: unrated) dan Lippo Mall Indonesia Retail Trust (LMIRT: unrated) juga memberikan stabilitas arus kas yang lebih besar.
"S&P berharap deviden dari kedua REIT tersebut memberikan kontribusi sebesar 12 persen terhadap EBITDA konsolidasi dalam satu dua tahun ke depan," tuturnya.
Sementara itu, LPKR memproyeksikan bahwa tahun ini akan merupakan tahun yang kuat, sehingga total laba yang diproyeksikan akan menembus Rp1 triliun, meningkat tajam 43 persen dengan peningkatan pendapatan sebesar 45 persen menjadi Rp6 triliun.
Laba operasional diharapkan tumbuh sebesar 17 persen, sekalipun perkiraan biaya-biaya akan lebih tinggi dengan adanya pembangunan rumah sakit dan mal yang baru di 2012.
LPKR juga memproyeksikan laba dari kegiatan usaha extraordinary sebesar Rp185 miliar sebagai hasil dari penjualan mal kepada Mal REIT di Singapura, yang terafiliasi dengan LPKR.
Bahkan, seluruh divisi usaha LPKR siap untuk terus tumbuh di tahun ini dan recurring income akan diperkirakan memberi kontribusi sekitar 50 persen dari total pendapatan.