Tsunami Jepang, Industri Mobil Korea Untung
VIVAnews - Dahsyatnya gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang membawa dampak besar terhadap industri otomotif secara global. Walau terdapat kabar baik tentang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima, masalah yang dihadapi Jepang masih jauh dari selesai.
Vice President Automotive & Transportation, Frost & Sullivan Asia Pacific, Vivek Vaidya, mengatakan otomotif merupakan salah satu industri yang terkena dampak gempa paling parah. Tidak hanya para prinsipal dan pemasok di Jepang, tapi juga industri otomotif dunia secara keseluruhan.
Efek jangka pendek bagi industri otomotif Jepang, dia menambahkan, meliputi penghentian produksi, kurangnya pasokan suku cadang, dan dampak secara keseluruhan pada kinerja perekonomian negara tersebut.
"Sedangkan secara global, bencana tersebut juga berarti penghentian produksi mobil merek Jepang di Amerika Serikat dan Eropa, yang melengkapi tantangan yang dihadapi Jepang setelah menguatnya merek-merek mobil dari Amerika, Eropa, dan Korea," ujar Vivek dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Jumat, 25 Maret 2011.
Sementara itu, untuk efek jangka pendek, dia melanjutkan, sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di Jepang. Sebab, berhentinya produksi akan menyebabkan hilangnya pendapatan dan berujung pada ketidakmampuan untuk menutup kerugian di tahun fiskal yang akan berakhir 31 Maret 2011.
Vivek menuturkan, dampak terhadap rantai pasokan Toyota berada pada tingkat menengah dengan kerugian produksi diperkirakan mencapai 40-50 ribu unit untuk periode ini. Sedangkan kerugian yang diderita Honda sangat tinggi, di mana proses produksi turun sebesar 30 sampai 35 ribu unit. Untuk Nissan, kerugian produksi yang diderita berkisar antara 25 ribu unit.
"Walaupun demikian, kemungkinan tetap terbuka untuk tiap perusahaan ini menutup kerugian pada 2011, jika permintaan kendaraan tetap kuat," ujar Vivek.
Vivek mengatakan, bencana alam yang terjadi di Jepang menyebabkan terhentinya produksi mobil di beberapa pabrik di Amerika dan Eropa karena pasokan komponen yang berasal dari Jepang terhenti. Namun, hal ini akan membuka peluang bagi produsen komponen Korea.
Dia memperkirakan, Ford dan Hyundai serta merek pesaing lainnya memiliki peluang pertumbuhan bisnis seiring dengan kenyataan kurangnya pasokan model-model mobil tertentu dari Jepang. Penjualan Ford dan Hyundai diperkirakan lebih tinggi, karena model kendaran laris, seperti Prius, Insight, dan Fit terkena dampak bencana tersebut.
"Lini kendaraan hibrida Ford akan terdorong maju, karena ketergantungannya pada komponen Jepang yang rendah. Situasi ini juga berlaku untuk Hyundai, dengan tingkat ketergantungan yang nyaris tidak ada terhadap komponen Jepang, sehingga lini mobil kompak Hyundai dapat terimbas secara positif," ujar Vivek. (art)