Reksadana Fix Income Pilihan Investor Pemula
VIVAnews- Seiring turunnya bunga deposito, produk investasi seperti reksadana makin diminati. Namun untuk investor pemula, reksadana pendapatan tetap (fix income) atau lebih banyak obligasi sebagai instrumen investasi bisa menjadi pilihan.
Vice President Head of Fixed Income Manulife Asset Management Ezra Nuzula Ridha mengatakan reksadana pendapatan tetap memiliki risiko yang lebih rendah dibanding reksadana saham. Hal ini bisa menjadi pilihan bagi investor yang mulai ingin berinvestasi ke reksadana. Namun bukan berarti produk ini tidak memiliki risiko. Investor juga harus memperhitungkan jangka waktu dalam berinvestasi.
"Profil risiko tentunya sejalan dengan tujuan investasi mau berapa lama. Jadi jangan dikira pendapatan tetap lantas selalu positif, karena harga obligasi sendiri bisa naik bisa turun, risikonya pun moderat," kata Ezra kepada VIVAnews.
Menurutnya bagi investor yang ingin berinvestasi di instrumen obligasi sebaiknya langsung masuk ke reksadana karena memiliki banyak pilihan. Sementara untuk berinvestasi ke pasar obligasi secara langsung lebih sulit karena pilihan investasi sedikit. "Kecuali bisa akses obligasi melalui bank, atau investasi di Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Tapi di reksadana investor bisa mendapatkan skill dengan skala besar, return yang lebih besar dan lebih banyak pilihan," ujarnya.
Ezra menambahkan untuk obligasi syariah (sukuk) peminatnya lebih besar dibanding obligasi konvensional. Pasalnya sukuk memberikan imbal hasil menarik dibanding konvensional, dengan risiko yang sama. Di Manulife Asset Management sendiri, reksadana pendapatan tetap mencakup porsi 40 persen dari total dana kelola.
Sementara itu Director Investment Specialist Manulife Asset Management, Putut Endro Andanawarih menargetkan aset dana kelolaan atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) tahun ini akan tumbuh 25 persen atau mencapai Rp45 triliun.
"Tahun ini kita harapkan bisa tumbuh 25 persen, jika tahun lalu perseroan berhasil membukukan NAB hingga Rp36 triliun," kata Putut.
Menurut Putut, tahun lalu, dari Rp36 triliun, porsi reksa dana hanya Rp10,5 triliun, sisanya dipegang oleh kontrak pengelolaan dana (KPD). KPD itu diperkirakan masih menjadi porsi terbesar tahun ini. (umi)