Kurangi Konsumsi BBM, PLN Pilih Gas Padat
VIVAnews - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan memanfaatkan teknologi Compressed Natural Gas (CNG) atau gas alam padat untuk memenuhi kebutuhan energi primer pembangkit listrik.
Ini juga sekaligus untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selama ini masih digunakan untuk mengoperasikan beberapa pembangkit listrik.
Sebagai langkah awal, PLN telah mengikat kerja sama dengan RINA, konsultan internasional, untuk pembuatan dan penyusunan dokumen penelaahan transportasi dengan CNG Marine dari Gresik ke Pulau Lombok.
Kepala Divisi Gas dan BBM PLN, Suryadi Mardjoeki, menjelaskan sebagai pilot implementation akan dilakukan dalam skala kecil, yaitu mengangkut CNG dari Gresik ke Lombok dengan konsumsi rata-rata 3-6 juta kaki kubik per hari. Implementasi Marine CNG ini merupakan hal pertama di dunia dan akan sangat membantu PLN dalam usaha menekan konsumsi BBM.
Kapasitas Marine CNG yang direncanakan sebesar 3-6 juta kaki kubik tadi, akan dipakai sebagai sumber pasokan gas untuk Pembangkit Gas Peaking (beroperasi enam jam per hari) dengan daya terpasang 100 MW. Konsumsi gas ini mampu menggantikan penggunaan BBM sebesar 51 juta liter per tahun, sehingga terdapat potensi penghematan sekitar 200 miliar per tahun.
"Apabila proyek pertama ini berjalan sesuai rencana, teknologi Marine CNG selanjutnya akan diterapkan untuk lokasi-lokasi pembangkit gas lainnya dengan kapasitas yang sama atau lebih besar," katanya dalam keterangannya kepada media, Selasa, 31 Januari 2012.
Suryadi menuturkan, dalam penugasan ini RINA akan mendesain pola pengiriman CNG lewat laut, sehingga faktor ekonomi dan teknis dapat dicapai secara optimal dengan memperhatikan sisi keamanan, keselamatan, sebagaimana disyaratkan dalam CNG Guidelines dan aturan lain yang berlaku.
Kerjasama dengan RINA ini, selain disebabkan oleh alokasi gas untuk pasar domestik yang masih belum mencukupi, kesulitan mendapatkan pasokan gas juga disebabkan oleh ketidaksesuaian permintaan dan suplai dalam berbagai hal.
Pertama lokasi, yaitu antara lokasi sumber gas tersedia dan lokasi kebutuhan gas yang tersebar. Kedua volume, yaitu antara volume gas yang tersedia dibandingkan dengan yang dibutuhkan.
"Ketiga, tata waktu penyerapan gas, yaitu antara sifat sumber gas yang memiliki persyaratan digunakan secara tetap berlainan dengan pola pemakaian listrik yang sangat besar pada malam hari (waktu puncak jam 17.00- 22.00) sehingga pemakaian gas fluktuatif," katanya.
Suryadi melanjutkan, salah satu upaya PLN dalam mengatasi kendala kurangnya pasokan gas yaitu dengan menyimpan gas lapangan ke dalam bentuk CNG, sehingga dapat dibawa dalam jumlah volume yang sesuai ke lokasi yang membutuhkan, dan diserap sesuai pola kebutuhan operasi pembangkit gas yang fluktuatif.
Dengan cara ini, PLN dapat meningkatkan nilai dari gas karena menggantikan BBM pada lokasi yang selama ini tidak ada pasokan gas maupun untuk pembangkit peaking yang saat ini masih memakai BBM.
PLN juga telah memetakan potensi pemanfaatan CNG untuk kawasan Indonesia Barat dan Timur. CNG akan diarahkan untuk memanfaatkan potensi sumur-sumur gas dengan kapasitas relatif kecil, sumur gas marginal, gas flare dan kelebihan pasokan gas sesaat akibat pola penyerapan gas yang fluktuatif.
Sementara itu, RINA merupakan perusahaan internasional asal Italia yang bergerak antara lain di sektor klasifikasi, oil and gas, technical advisory, dan power plant.
Untuk teknologi CNG, RINA telah mengembangkan RINA rules and guidelines for the exploitation, transport and storage of compressed natural gas (CNG Guidelines). (hp).