Gita Wirjawan Blak-blakan Soal TOEFL 600
VIVAnews - Wacana batas minimal penguasaan Bahasa Inggris dengan skor TOEFL minimal 600 membuat Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menjadi sasaran serangan dari berbagai pihak. Respon serupa pula yang diterimanya ketika menggelotorkan ide yang sama di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM).
Melihat perdebatan tersebut, Gita Wirjawan pun memasang badan dan memberikan penjelasan seputar kebijakan yang dianggap baru tersebut.
Dalam kunjungannya ke kantor redaksi VIVAnews.com, Selasa, 4 Januari 2012, alumnus Harvard University ini membeberkan semua alasan dan hasil dari kebijakan penguasaan bahasa asing yang sudah dilaksanakan di BKPM.
"Secara empiris memang sulit dibuktikan tapi bisa dibuktikan secara kinerja. Kalau menguasai bahasa, kita bisa lebih berkarya," kata Gita.
Dia menjelaskan, keputusan meningkatkan pengusaan bahasa Inggris di Kemendag dan BKPM ditempuh karena kedua lembaga tersebut senantiasa berhubungan dengan dunia luar. Terlebih lagi sektor perdagangan yang harus bisa bernegosiasi dan berunding dengan negara-negara lain di dunia.
Untuk membuktikan hal itu, Gita mengambil contoh hasil yang telah diperoleh dari kinerja para pegawai BKPM. Di institusi tersebut, tercatat sebanyak 258 dari 580 pegawai BKPM telah memiliki skor TOEFL diatas 600.
Hasilnya, BKPM telah berhasil meningkatkan realisasi investasi pada tahun 2010 tercatat mencapai 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan yang sama juga terjadi untuk investasi di luar Jawa yang naik 45 persen pada 2011 dari sebelumnya hanya 18 persen pada 2010.
"Ini korelasinya, percaya atau tidak, bisa dilihat dari realisasi investasi," kata Gita.
Gita mengaku dirinya sangat kagum terhadap kemampuan penguasaan bahasa asing yang dimiliki negara pesaing Indonesia seperti Tiongkok, India, dan Brasil. Tim negosiasi dari ketiga negara itu dianggap menguasai bahasa asing dan subtansi secara kuat.
"Sekarang sebutkan orang mana pun di Indonesia yang berani duduk berhadapan dengan orang Singapura yang di antaranya merupakan lulusan Oxford, Cambridge, Harvard dan univeritas lain. Penguasaan bahasa dan substansi mereka jago. Kemudian suruh (delegasi Indonesia) bicara mengenai arbitrase, ekstradisi, integritas teritorial.....," ujar Gita tanpa melanjutkan pernyataannya tersebut. (eh)