BP Migas Renegosiasi Batas Atas LNG Tangguh
VIVAnews – Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) akan memulai renegosiasi harga jual gas Kilang Tangguh, Papua menuju Fujiyan, China pada pertengahan Januari 2012. Surat keputusan pembentukan tim renegosiasi telah diteken Kepala BP Migas, Raden Priyono pada Desember 2011.
Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Rudi Rubiandi, mengatakan, sebagai ketua tim renegosiasi, dirinya menargetkan akan mengubah batas harga minyak mentah yang digunakan sebagai patokan harga jual gas.
"Dulu begini, fungsi yang terus naik, harga minyak dibatasi US$38 per barel. Nanti batas ini yang akan kami naikkan lebih tinggi,” kata Rudi di Jakarta, Senin, 2 Januari 2012.
Sebagai informasi, kontrak gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) dari Tangguh ke China sebesar 2,6 juta ton per tahun menggunakan harga formula batas atas harga minyak Japan Coctail Crude (JCC). Harga awal LNG Tangguh ini sebesar US$25 per barel atau US$2,4 per MMBTU. Pada 2006, pemerintah merenegosiasi harga LNG Tangguh menjadi US$38 per barel atau US$3,35 per MMBTU.
Saat ini, harga minyak dunia berada di kisaran US$100 per barel, namun harga LNG Tangguh tetap US$3,5 per MMBTU. Hal ini berbeda dengan harga ekspor LNG Kilang Bontang dan Arun yang mengikuti harga minyak mentah. Harga LNG Bontang saat ini berada di level US$20 per MMBTU.
Rendahnya harga LNG Tangguh ini dikritik banyak pihak, salah satunya pengamat migas, Kurtubi, yang mengatakan negara mengalami kerugian sebesar Rp500 triliun selama masa kontrak gas sepanjang 25 tahun.
Rudi menjelaskan, renegosiasi harga LNG Tangguh sangat berat jika harus disamakan dengan harga LNG Bontang dan Arun. BP Migas setidaknya menargetkan renegosiasi kali ini bisa menaikkan harga gas menjadi US$5-7 per MMBTU.
“Kalau bisa tanpa ceiling (batas atas) itu hebat sekali, saya bisa mendapat bintang mahaputra,” canda Rudi. “Saat ini, harga domestik LNG Tangguh sekitar US$5 per MMBTU, jadi kami harapkan harga gas ke China bisa mencapai US$5-7 per MMBTU.”
Menurut Rudi, renegosiasi ini akan mengkaji kembali situasi, nilai keekonomian, harga LNG di pasar internasional dan daya beli konsumen domestik yang bisa membeli LNG dengan harga tinggi. Saat ini, Pertamina diketahui berminat membeli LNG Tangguh dengan harga tiga kali lipat dari harga jual ekspor LNG Tangguh ke Fujiyan.
Jika Fujiyan sepakat dengan harga yang ditawarkan BP Migas, kontrak ekspor akan berjalan sesuai dengan volume yang telah disepakati. Namun, jika harga yang ditawarkan masih rendah, ada kemungkinan terjadi pengurangan volume ekspor untuk dialihkan kepada pasar domestik.
Tim negosiasi BP Migas ini berbeda dengan tim negosiasi Menteri Koordinator Perekonomian. BP Migas mengambil inisiatif renegosiasi karena tim negosiasi Menko Perekonomian tidak berjalan. "Jika nanti tiba-tiba Menko bilang oke mau negosiasi, kami sudah punya datanya," katanya.
Sementara itu, Dirjen Minyak dan Gas Bumi, Evita Legowo mengatakan tim renegosiasi BP Migas merupakan tim kerja yang nantinya akan melaporkan kepada tim renegosiasi nasional yang berada di bawah arahan Menko Perekonomian yang akan dibentuk paling lambat Maret 2012. "Kalau renegosiasinya tetap government to government," kata Evita. (art)