Rupiah Masih Kuat di Asia Tenggara
VIVAnews - Bank Indonesia kembali mencatat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang Agustus hingga 25 November 2011. Namun, nilai tukar rupiah masih lebih kuat dibanding mata uang kawasan Asia Tenggara lainnya terhadap dolar AS.
Menurut Direktur Direktorat kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo, pergerakan nilai tukar rupiah masih lebih baik dibandingkan mata uang ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan won Korea.
"Sebab, depresiasi rupiah terhadap dolar AS dari 31 Agustus hingga 25 November 2011 sebesar 5,8 persen, ringgit 6,7 persen, won delapan persen, dan dolar Singapura 8,2 persen," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa 29 November 2011
Namun, Perry menambahkan, jika dibandingkan dengan mata uang peso Filipina, tingkat depresiasi rupiah masih lebih tinggi. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS pada akhir Desember 2010 hingga 25 November 2011 sebesar 0,5 persen, sedangkan peso 0,1 persen.
Kendati demikian, Perry melanjutkan, pada periode yang sama, tercatat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS jauh lebih baik dibandingkan dengan mata uang Malaysia, Thailand, Singapura, dan Korea. Dolar Singapura terdepresiasi empat persen, ringgit Malaysia empat persen, bath 2,2 persen, dan won 3,2 persen.
"Pelemahan mata uang itu hampir terjadi di seluruh negara kawasan, tapi sekali lagi pergerakan nilai tukar kita tidak terlalu buruk. Bahkan, dibandingkan beberapa negara kita jauh lebih baik," ungkap Perry.
Sementara itu, terkait dengan volatilitas nilai tukar rupiah, ia mengatakan bahwa BI menegaskan akan terus berada di pasar untuk menjaga pergerakannya.
"Terus lakukan intervensi jual valas dan beli SBN (Surat Berharga Negara) secara bilateral di pasar sekunder dalam beberapa waktu terakhir ini untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah," ujar Perry. (art)