Lagi, Perempuan Jadi Dirut BUMN
VIVAnews - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, mengaku telah memiliki direktur utama perempuan lagi di salah satu BUMN. Sebelumnya, bos perempuan di lingkungan BUMN adalah Karen Agustiawan, direktur utama PT Pertamina.
Direktur utama perempuan kali ini dari PT Hotel Indonesia Natour. "Saya lupa namanya, tapi ada kata Intannya," kata Dahlan di Jakarta, Rabu malam. "Ini orang dalam."
Penelusuran VIVAnews.com, data direksi PT Hotel Indonesia Natour yang perempuan adalah Intansari Abdams Katoppo, yang duduk sebagai direktur pemasaran dan pengembangan usaha. Sebelum di Hotel Indonesia Natour, Intan merupakan Sekretaris Perusahaan di PT Bank Negara Indonesia Tbk.
Namun, Intan belum bisa dikonfirmasi. Telepon dan pesan singkat (SMS) VIVAnews.com belum dijawab.
Lalu, mengapa Dahlan memilih direktur utama perempuan? "Saya punya pengalaman, perusahaan BUMN yang memiliki direksi perempuannya pasti maju," katanya. "Jadi jangan meremehkan." Menurut Dahlan, saat ini
perempuan sudah jauh lebih baik.
Perempuan di mata Dahlan
Dahlan percaya kaum muda dan perempuan dapat mengubah kondisi ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik. "Saya percaya itu," kata Dahlan yang sering disapa Pak Dis dalam suatu forum di Jakarta Rabu malam. Selama ini, menurut Dahlan, wanita masih sering diperlakukan berbeda dengan laki-laki, sehingga mereka kurang diberdayakan.
Menurut Dahlan, lahirnya wanita dapat mengubah modal sosial suatu negara. "Di Republik Rakyat Tiongkok, wanita sama produktifnya dengan laki-laki. Bagaimana di Indonesia?" kata Dahlan yang juga pengamat kebudayaan Tiongkok.
Maka dari itu, Dahlan melanjutkan, sewaktu menjabat direktur utama PLN, dia selalu menekankan bahwa karyawan perempuan harus tampil, sehingga tidak didominasi laki-laki. "Di PLN hanya laki-laki yang sering tampil," kata Dahlan.
Selain perempuan, bagi Dahlan, anak muda yang berumur 30-35 tahun juga dapat mengubah negara. Di usia ini, mereka memiliki dua kekuatan yang bila digabungkan sangat produktif dan bisa menghasilkan karya yang luar biasa.
"Mereka bisa tidak tidur dua hari dua malam demi pekerjaan, dan mereka sudah pernah merasakan pengalaman pahit, sehingga mampu mempertimbangkan antara baik dan buruk," kata Dahlan. (art)