Kontraktor Migas yang Tak Penuhi Target
VIVAnews - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengungkapkan, dari 72 kontraktor migas yang beroperasi di Indonesia, 34 di antaranya tidak mencapai target produksi yang dipatok pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011. Beberapa di antaranya terdapat Pertamina, Total E&P Indonesie, dan ConocoPhilips.
Dalam laporan akhir tahun BP Migas yang dikutip VIVAnews.com, Kamis 29 Desember 2011, tercatat bahwa produksi Pertamina EP hanya 123.518 barel per hari, meleset 9.769 barel dari target APBN-P 2011 sebanyak 132 ribu barel.
BP Migas mengakui, terdapat empat kendala utama Pertamina EP, sehingga produksi meleset dari target. Kendala itu antara lain karena adanya kerusakan pipa lifting dan kompresor di Lapangan Udang Alfa serta Bravo. Selain itu, problem lifting sumur BN-18 di Lapangan Bunyu, injeksi water disposal di Lapangan Talang, sehingga produksi dikecilkan karena masalah lingkungan, dan realisasi hasil pengeboran pengembangan yang tidak sesuai target.
Selain itu, terdapat produsen asal Prancis, Total Indonesie E&P yang beroperasi di Kalimantan Timur hanya mampu memproduksi migas sebanyak 82.232 barel per hari, atau 9.768 barel lebih rendah dari target sebanyak 92 ribu barel.
Kendala utama Total E&P Indonesie antara lain kegiatan masuk keluarnya rig pada waktu pengeboran yang mengharuskan penutupan sumur produksi, kerusakan kompresor di beberapa lapangan, dan belum kembalinya produksi normal Lapangan Tunu setelah perawatan besar pada Juni-Juli 2011.
Perusahaan minyak asal Amerika Serikat, ConocoPhilips Blok B yang beroperasi di Natuna, Kepulauan Riau, hanya memproduksi minyak sebanyak 52.655 barel per hari. Sama seperti Pertamina dan Total Indonesia E&P, produksi migas CoconoPhilips juga lebih rendah dari target pemerintah yaitu kurang 1.345 barel per hari.
Kendala utama tidak tercapainya target produksi tersebut, akibat terhentinya produksi yang disebabkan oleh automatic safety system dan kegiatan masuk keluarnya rig pada waktu pengeboran yang mengharuskan penutupan sumur produksi.
Perusahaan minyak asal China, CNOOC, SES juga termasuk. Produksi minyak CNOOC hanya sebanyak 34.690 barel per hari. Produksi ini, 5.310 barel di bawah target APBN-P 2011 sebanyak 40 ribu barel per hari.
Terjadinya kebocoran di pipa salur dari Lapangan Karmila ke Lapangan Titi dan Kebakaran di Floating Storage and Offloading (FSO) Lentera Bangsa pada 23 September 2011, menjadi penyebab utama target produksi CNOOC tidak tercapai.
Selain kontraktor migas besar, terdapat juga sekitar 25 kontraktor migas kecil yang tidak dapat mencapai target produksi APBN-P, karena terkendala Natural Decline sumur-sumur di Indonesia yang rata-rata mencapai 12-15 persen dan belum ada penambahan produksi dari pengembangan lapangan baru. (art)