Investment Grade Dongkrak Likuiditas Valas

Peluang Bisnis Online Tanpa Ribet - Serta Info terbaru seputar dunia bisnis indonesia terupdate dan terpercaya

Kamis, 29 Desember 2011

Investment Grade Dongkrak Likuiditas Valas

VIVAnews - Bank Indonesia (BI) optimis bahwa terdongkraknya peringkat Indonesia menjadi investment grade akan menambah likuiditas valas dalam negeri. Belum lama ini, likuiditas valas Tanah Air sempat mengetat.

"Ya, mestinya seperti itu ya. Kalau bank atau korporasi di Indonesia mau meminjam ke luar negeri biayanya pasti lebih murah dan itu akan menunjukkan potensi supply akan bertambah," ujar Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, saat ditemui seusai acara pelantikan Deputi Gubernur BI di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis 29 Desember 2011.

Halim menuturkan, berdasarkan pengalaman negara yang telah mengalami kenaikan peringkat, credit default swap (CDS) dapat turun sampai 0,5 persen poin.

Posisi CDS Indonesia saat ini, kata dia, masih di sekitar 2,1 persen untuk jangka waktu lima tahun yang sebelumnya berada di posisi 2,2 sampai 2,3 persen. "Setelah investment grade ini akan turun pelan-pelan, mungkin ada di bawah dua persen," ujarnya.

Halim memperkirakan, penyesuaian CDS akan berlangsung dalam jangka waktu enam bulan. "Artinya, biaya yang harus dibayarkan oleh peminjam dari Indonesia lebih murah karena itu premi resiko yang harus ditanggung oleh negara kita," tuturnya.

Dia menambahkan, likuiditas valas hingga saat ini belum mengalami gangguan, begitu pun pada tahun mendatang. Kebijakan bank sentral Eropa dalam menambah jumlah valas menjadi faktor penolong. Hingga saat ini, penarikan perjanjian kredit valas antarbank domestik dan asing berjalan lancar.

"Penarikan perjanjian kredit, artinya bank-bank kita bisa mengambil valas dari bank-bank Eropa. Bisa sampai 80-90 persen bisa terlaksana. Jadi, belum ada gangguan," kata Halim.

Ketatnya likuiditas valas kemarin, lanjutnya, lebih disebabkan karena naiknya harga sehingga debitur harus membayar lebih mahal. Hingga saat ini, diakui masih terdapat permintaan akan valas.

"Bank hanya sebagai intermediasi, kalau demand tetap tinggi walau suku bunga dinaikkan, kan berarti dia butuh valas juga," tuturnya. (eh)

Kerja di rumah

Popular Posts