Harga Baja Dunia Diprediksi Naik 8 Persen
VIVAnews - PT Kratau Steel Tbk. memprediksikan harga baja dunia pada tahun 2012 akan meningkat rata-rata 5-8 persen meski dunia sedang dilanda krisis global.
"Pada 2012 mendatang harga baja dunia masih dipengaruhi oleh eksternal yang tidak bisa kita hindari," kata Direktur Pemasaran KRAS, Irvan K Hakin, usai Public Expose 2011 Krakatau Steel (Persero) Tbk di Hotel JW Marriott, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis, 8 Desember 2011.
Kenaikan harga baja tersebut diperkirakan akan berlangsung setelah tahun baru China, tepatnya Februari 2012. Saat ini, China tercatat sebagai produsen baja terbesar di dunia yaitu sebanyak 1,3 miliar ton per tahunnya, atau sekitar 50 persen dari produksi baja dunia.
Selain itu, kata Irvan, krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) menyebabkan permintaan baja di China meningkat. Kondisi itu dipastikan akan ikut menentukan permintaan dan harga baja di dunia.
Saat disinggung mengenai persaingan baja nasional dengan produk serupa dari China, Irvan menegaskan, perseroan sama sekali tak khawatir. "Ini karena anti Akibatnya, dumping yang berlaku di Indonesia sejak 2008 sampai 2013, untuk produk China sehingga impor baja dari China yang masuk ke Indonesia relatif sedikit," kata dia.
Direktur Keuangan KRAS, Sukandar, menjelaskan bahwa perseroan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) tahun 2012 sebesar US$400 juta sampai US$450 juta setara Rp3,6 triliun hingga Rp4,05 triliun. Sebagian dari dana investasi perusahaan itu berasal dari luncuran anggaran dari tahun sebelumnya.
Sejumlah proyek yang bakal digarap perusahaan pada tahun depan sebagian adalah program lanjutan pada tahun 2011. Sejumlah proyek itu adalah Blast Furnave dan modernisasi fasilitas steel making, pembangunan pembangkit listrik, dan terakhir pembangunan pelabuhan
Untuk sumber pendanaan, Sukandar mengungkapkan, belanja modal perusahaan akan dibiayai dari internal perusahaan. Selain itu, KS juga masih memiliki sumber pendanaan yang berasal dari eksternal perusahaan.
Sukandar mengakui, KS saat ini memiliki beberapa penawaran untuk melakukan pinjaman dari beberapa konsorsium baik perbankan lokal maupun perbankan asing.
Namun, karena masih dalam proses penjajakan, manajemen KS belum bisa mengungkapkan angka persis pinjaman dan kepada bank mana saja perseroan akan melakukan pinjaman itu.