Banjir Peminat,Antam Gandakan Target Obligasi
VIVAnews - Indonesia masih menjadi buruan investasi dari para pemodal yang tengah mencari tempat melabuhkan dananya. Buktinya, obligasi yang dikeluarkan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp1,5 triliun mengalami kelebihan permintaan.
Alhasil, perusahaan tambang milik pemerintah itu memutuskan meningkatkan jumlah penerbitan obligasi tahap pertamanya sebesar 2 kali lipat menjadi Rp3 triliun.
"Tingkat permintaan yang tinggi atas obligasi Antam menunjukan keyakinan investor atas kekuatan Antam," kata Direktur Utama Antam Alwin Syah Loebis dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Senin, 5 Desember 2011.
Alwin menjelaskan, dukungan pendanaan yang diperoleh perusahaan ini semakin memperkuat bisnis inti perusahaan dan menunjang rencana bisnis yang lebih mengarah ke industri hilir.
Permintaan yang tinggi atas Obligasi Berkelanjutan I Antam dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap I Tahun 2011 terindikasi dari hasil bookbuilding yang ditutup pada tanggal 24 November 2011.
Untuk penerimaan hasil Penawaran Umum Berkelanjutan Tahap I sebesar Rp3 triliun tersebut, Antam akan menggunakan sebanyak-banyaknya sebesar Rp674 miliar atau sampai dengan 22,46% untuk investasi berupa investasi rutin di unit-unit bisnis Perseroan guna menunjang kinerja operasional dan memelihara stabilitas produksi dalam bentuk, antara lain pembangunan prasarana dan bangunan serta pembelian mesin dan alat produksi.
Dengan perubahan target perolehan dana obligasi ini, Antam berencana mengalokasikan pembagian dana masing-masing untuk unit bisnis pertambangan nikel Sulawesi Tenggara sekitar 5,40 persen, unit bisnis pertambangan nikel Maluku Utara sekitar 8,73 persen, dan unit bisnis pertambangan emas sekitar 8,33 persen.
Sementara sisanya sebanyak-banyaknya sebesar Rp2,326 triliun atau sampai dengan 77,54 persen akan digunakan untuk pengembangan Usaha perusahaan, Rincian dari penggunaan dana hasil obligasi itu adalah belanja modal untuk renovasi, perbaikan, dan modernisasi Pabrik Feronikel di Pomala untuk mempertahankan stabilitas operasi serta mengoptimalkan dan meningkatkan e?siensi pabrik maksimal Rp2,030 triliun.
Sementara sisanya akan digunakan untuk pembukaan tambang nikel di Maluku Utara dan atau Sulawesi Tenggara dan/atau tambang bauksit di Kalimantan Barat untuk mendukung operasi Perseroan dan pasokan bahan baku Proyek-Proyek Pengembangan. (umi)