ADB Revisi Turun Pertumbuhan RI pada 2012
VIVAnews - Kendati krisis surat utang di kawasan Eropa dan pelemahan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan semakin dalam, perekonomian negara-negara di kawasan timur Asia, termasuk Indonesia, diperkirakan tumbuh moderat pada 2012. Untuk Indonesia, perkiraan pertumbuhan direvisi turun menjadi 6,5 persen dari sebelumnya 6,8 persen.
Keyakinan tersebut disampaikan Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) dalam laporan terakhir berjudul 'Asia Economic Monitor' yang diterima VIVAnews, Selasa, 6 Desember 2011.
ADB optimistis, kalaupun krisis yang melanda Eropa dan AS makin parah, dampaknya terhadap perekonomian negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur masih dapat terkelola dengan baik.
"Gejolak yang melanda Eropa akan makin membahayakan bagi perdagangan dan keuangan negara Asia Timur yang tengah berkembang. Jadi, para pembuat kebijakan di wilayah ini harus mempersiapkan dengan baik, tegas, dan kolektif untuk menangkal apa yang dikhawatirkan sebagai pelemahan ekonomi global yang berkepanjangan," kata Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB, Iwan J Azis, dalam keterangan tertulisnya.
Laporan ADB tersebut meneliti 10 negara anggota ASEAN, RRC, Hong Kong, China, Korea Selatan, dan Taipei, China.
Kendati negara-negara Asia Timur cukup kuat menahan dampak krisis ekonomi dunia, ADB menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk kawasan pada tahun depan menjadi 7,2 persen dari sebelumnya 7,5 persen. Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih sebesar 7,5 persen.
Dari skenario terburuk yang dibuat ADB jika ekonomi di wilayah Eropa dan AS makin parah, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur masih akan berkembang sebesar 5,4 persen. Hal ini bisa terjadi karena diversifikasi pasar ekspor kawasan Asia Timur dan meningkatnya permintaan dalam negeri sebagai sumber pendorong pertumbuhan.
Khusus untuk Indonesia, ADB masih memperkirakan perekonomian tumbuh 6,6 persen pada tahun ini. Namun, ADB menurunkan perkiraaannya untuk Indonesia untuk 2012 menjadi 6,5 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,8 persen. (art)