Utang Negara Asia Capai US$5,5 Triliun
VIVAnews - Surat utang dengan mata uang lokal Asia masih menarik bagi investor lokal dan asing. Namun, pasar keuangan regional diperkirakan menghadapi tantangan yang terus meningkat.
Hal tersebut terungkap dari laporan Asia Bond Market yang dikeluarkan Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB), Selasa, 29 November 2011. Pasar surat utang yang dipantau oleh ADB mencakup Hong Kong (China), Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Viet Nam.
Dalam laporannya ADB menyebutkan surat utang dengan mata uang lokal di Asia kini semakin berkembang namun dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
Pada akhir September 2011, total outstanding surat utang di Asia mencapai US$5,5 triliun atau 5,5 persen lebih banyak dibandingkan setahun sebelumnya. Jika dibandingkan kuartal II, surat utang Asia tumbuh 7,6 persen.
Pada kuartal III ini, peningkatan surat utang lebih banyak berasal dari perusahaan yang mengalami peningkatan sebesar 15,4 persen. Sementara surat utang pemerintah hanya tumbuh 1,3 persen.
"Utang Asia yang rendah, fundamen ekonomi yang kuat, dan imbal hasil yang meningkat dibandingkan negara maju, berkontribusi pada surat utang yang lebih menarik," kata Head of the Asian Development Bank’s (ADB) Office of Regional Economic Integration, Iwan J. Azis.
Kendati masih menarik, ADB memperingatkan masih adanya risiko yang terus bertumbuh akibat ketidakpastian ekonomi Eropa. Kondisi itu membuat pasar regional dan dunia mencari investasi yang masuk kategori safe heavan.
Selama periode yang berakhir September 2011, Vietnam tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan surat utang berdominasi mata uang lokal terbesar di Asia. Vietnam mengalami pertumbuhan surat utang sebesar 22,2 persen sebesar US17 miliar. Pasar surat utang korporat di negara ini tumbuh 34,7 persen sementara utang pemerintah naik 21,1 persen.
Di kawasan Asia, China masih memegang posisi sebagai negara dengan pasar surat utang terbesar diantara negara-negara berkembang dengan nilai mencapai US$3,2 triliun.
Hingga kuartal III-2011, penerbitan surat utang di kawasan asia telah mencapai US$829 miliar, naik 7,6 persen dibandingkan kuartal II-2011. Secara year on year, penerbitan surat utang turun 19,9 persen akibat langkah bank sentral di negara masing-masing yang mengurangi pembelian akibat tengah memerangi perubahan nilai tukar.
Selain surat utang pemerintah, obligasi yang berasal dari korporasi juga mengalami penurunan sebesar 24,4 persen secara year on year. Beruntung, penurunan surat utang ini masih lebih baik dibandingkan penurunan terbesar yang terjadi pada tahun 2010.