Berjualan Pelumas ke Saigon
VIVAnews - "Pertamina punya pelumas juga?” Pertanyaan ini menjadi pengalaman menggelitik marketing pelumas PT Pertamina di luar negeri. Sebagai penguasa pasar lubricant di dalam negeri dengan market share mencapai 55 persen, belum menjamin pasar asing akan mudah diyakini.
Kondisi itu dialami Pertamina dua tahun lalu saat menjajaki pasar pelumas di Australia. Kini, perusahaan mengklaim telah memasarkan produknya ke 18 negara yang tahun ini volumenya ditargetkan mencapai 180.000 kiloliter. Sejumlah outlet pelumas Pertamina akan ditambah di sejumlah negara seperti China dan Australia.
Penyisiran pasar lubricant dunia tak berhenti sampai di 18 negara, tetapi terus memperbesar pasar. Empat negara tercatat sebagai pasar terbaik Pertamina yakni Pakistan, Dubai, Australia, dan Singapura. Di negeri-negeri ini, Pertamina memasarkan Fastron dan Enduro.
Secara keseluruhan, Pertamina baru memenuhi sekitar 0,8 persen pasar pelumas dunia. Menurut Manager Overseas Marketing Lubricant Business Unit Pertamina, Redesmon Munir, volume penjualan pelumas Pertamina di luar negeri mencapai sekitar 150.000 kiloliter per tahun dengan keuntungan bersih mencapai Rp300 miliar.
Persentase yang kecil bila dibandingkan dengan penguasaan pasar lubricant dalam negeri. Sales Region Manager Pertamina, Ibnu Prakoso, saat di Padang mengklaim, penguasaan pasar pelumas di dalam negeri setara dengan usia perusahaan, sekitar 55 persen. Sekitar 450.000 kiloliter pelumas Pertamina membanjiri kebutuhan konsumen lokal yang potensinya mencapai sekitar 1 juta kiloliter setiap tahun.
“Persentase penjualan di luar negeri memang terbilang kecil, tapi secara volume mencapai sepertiga dari penguasaan pasar pelumas di dalam negeri,” ujar Redesmon Munir kepada VIVAnews.com, Senin, 28 November 2011.
Besarnya pasar lubricant dunia membuat Pertamina dalam waktu dekat akan terus menambah kantor pemasarannya di sejumlah negara. Negara paling timur Asia Tenggara, menjadi salah satu tujuan serius perusahaan untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan ASEAN.
Sejumlah pertemuan telah digagas. Akhir pekan November ini, Pertamina akan menjajaki pembukaan kantor pemasaran terbarunya di Ho Chi Minh, yang terkenal dengan nama Saigon. Negara yang pernah mengalahkan Amerika dalam perang ini akan menjadi negara ke-19 untuk memasarkan produk-produk pelumas andalan milik Pertamina.
“Pada 30 November ini, Pertamina akan bertemu dengan pengusaha dan pemerintah Vietnam untuk memperkuat kesepakatan yang sudah terjalin dalam pertemuan perdana di Jakarta,” tambah Redesmon. Targetnya, Pertamina akan memiliki kantor pemasaran yang representatif di kota Ho Chi Minh.
Awal Januari 2012, penyisiran negara baru sebagai lokasi pemasaran produk perusahaan migas nasional tersebut di Saigon bisa difungsikan. Hanya saja, ujar Redesmon, pihaknya tidak berhenti sampai di sini. “Arab Saudi, Filipina, Korea, dan Amerika Serikat, juga menjadi tujuan perusahaan selanjutnya untuk memasarkan produk pelumas,” kata Redesmon.
Kawinkan Merek Asing
Tidak hanya memperbanyak kantor pemasaran di luar negeri yang menjadi strategi bisnis pemasaran pelumas Pertamina. Perusahaan juga menargetkan membeli sejumlah merek pelumas asing yang dinilai pas untuk mendongkrak penjualan. Sekitar dua hingga lima merek ditargetkan dibeli dalam dua tahun ke depan.
Sejauh ini belum terlihat progresif dari kebijakan tersebut dengan alasan penjajakan. “Yang namanya kawin atau menikah itu kan tidak mudah, butuh penjajakan, main serobot saja, bisa-bisa malah nantinya merugikan kami,” ujar Redesmon.
Rencananya, Pertamina berniat membeli tiga hingga lima merek pelumas buatan China, Thailand, dan Eropa. Hingga kini, Pertamina belum memenangi persaingan pasar pelumas dunia dibanding perusahaan pesaingnya seperti Petronas, Shell, dan Castrol.
Pertamina menargetkan, pada 2018 akan mampu merambah pasar domestik pelumas sebesar 1,82 persen. Angka ini akan mampu melampaui penjualan pelumas Petronas yang berkisar antara 1,50 persen.
Menurut dia, untuk memperebutkan pasar pelumas luar negeri butuh usaha bertahun-tahun. “Shell yang telah berdiri 105 tahun hanya mampu menguasai 3 persen pasar pelumas di Indonesia,” ujar Redesmon. (Laporan Eri Naldi l Padang, art)