RI Dapat Rp1,4 T dari Raksasa Migas Australia
VIVAnews - Pemerintah memperoleh pendapatan US$164 juta, atau Rp1,48 triliun (kurs Rp9.000/dolar AS) dari pengembangan lapangan gas Wortel di lepas pantai Selat Madura, Jawa Timur dengan operator Santos Pty. Ltd. Pendapatan ini berasal dari penjualan produksi gas sebesar 50 miliar british thermal unit per hari (BBTUD).
Rinciannya, 30 BBTUD ke pembangkit listrik tenaga uap Grati di Pasuruan, Jawa Timur milik PT Indonesia Power, 17 BBTUD ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Sampang, sisanya ke BUMD Pasuruan.
“Sumbangan terbesar berasal dari penjualan ke Indonesia Power sebesar US$ 98 juta,” kata Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Gde Pradnyana di Jakarta, Selasa 8 November 2011.
Pradnyana menjelaskan, BP Migas mendorong pemenuhan gas bumi sebagai penunjang industri dan kelistrikan untuk kalangan domestik. Selama ini, gas yang diproduksi di Jawa Timur digunakan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut.
“Tidak ada gas yang dijual keluar dari Jatim, sehingga pemanfaatan gas dapat lebih menciptakan efek berganda terhadap kegiatan ekonomi di daerah,” katanya.
Di sisi lain, kata Gde, pihaknya berharap konsumen membeli gas dengan harga keekonomian. Dengan harga yang memadai, perusahaan migas di sektor hulu bisa melakukan investasi untuk mengembangkan lapangannya. “Pasokan pun dapat berkesinambungan,” kata dia.
Oleh karena itu, BP Migas menyambut baik kesepakatan kenaikan harga jual gas di Lapangan Maleo di Jawa Timur antara Santos dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Kesepakatan ini dicapai dalam penandatanganan addendum kedua perjanjian jual beli gas Maleo yang dilakukan antara Santos dan PGN pada Senin, 7 November 2011 lalu.
Lapangan Maleo mulai menyuplai gas ke PGN semenjak 2006 dengan jumlah pasokan sebesar 110 BBTUD. Harga jual sebelumnya sebesar US$2,14 per juta british thermal unit. Melalui penandatanganan addendum kedua tersebut, kedua pihak sepakat menaikkan harga jual gas menjadi US$5 per juta british thermal unit dengan eskalasi sebesar 3 persen per tahun. “Dengan kesepakatan ini, pembeli dan penjual sama-sama diuntungkan,” kata Gde.
Dia berharap, kesepakatan serupa dapat terwujud pada kontrak-kontrak gas yang harganya masih di bawah US$3 per juta british thermal unit. Menurutnya, langkah ini perlu terus mendapatkan dukungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Saat ini, cepatnya proses persetujuan harga maupun alokasi, khususnya untuk kebutuhan domestik yang diberikan Menteri ESDM, menumbuhkan semangat baru bagi perusahaan migas untuk lebih giat dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di Indonesia. “Terlebih lagi, perbaikan harga gas domestik juga berarti meningkatkan penerimaan negara,” katanya.