Laba Bersih Adaro Naik Hampir Dua Kali Lipat
VIVAnews - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengungkapkan, bahwa laba bersih konsolidasi (yang tidak diaudit) untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2011 naik hampir dua kali lipat atau 96,5 persen mencapai US$376 juta.
Peningkatan laba bersih tersebut ditopang kenaikan volume produksi dan harga jual rata-rata yang kokoh, serta disiplin dalam hal biaya.
Sedangkan pendapatan usaha bersih perseroan meningkat 48 persen menjadi US$2,9 miliar dan marjin laba kotor meningkat menjadi 34,4 persen dari 31,8 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir, mengatakan kinerja kuartal III-2011 ini menunjukkan komitmen perseroan terhadap kegiatan operasional untuk bisnis inti perseroan.
"Adaro berhasil mencapai pertumbuhan produksi yang kokoh, dan pada saat yang sama dapat mempertahankan marjin laba yang baik," ujarnya dalam keterangan yang dipublikasikan di Jakarta, Selasa 1 November 2011.
Perseroan, kata dia, akan terus melanjutkan fokus perseroan untuk tumbuh secara organik, sekaligus mencari aksi korporasi akuisisi yang strategis. "Pada saat ini, Adaro berada pada jalur yang tepat untuk dapat mencapai target produksi tahunan sebesar 46-48 juta ton dan target profitabilitasnya," tutur Garibaldi.
Tercatat, produksi kuartalan Adaro mencapai rekor tertinggi pada kuartal ketiga 2011 dengan dukungan cuaca yang baik, tibanya alat berat baru yang berskala lebih besar, dan kinerja yang baik dari para kontraktor.
Akibatnya, volume produksi dan penjualan untuk sembilan pertama tahun ini masing-masing meningkat 10,8 persen dan 18,4 persen menjadi 35,28 juta ton dan 38,33 juta ton.
Sementara itu, kenaikan harga jual rata-rata meningkat sebesar 25 persen ditopang oleh kenaikan harga batu bara termal dan peningkatan kontrak yang berbasis indeks.
Sedangkan total biaya kas grup (tidak termasuk royalti) meningkat 20,3 persen menjadi US$41,30 per ton, karena kenaikan pada nisbah kupas yang direncanakan, jarak angkut lapisan penutup yang semakin jauh, dan kenaikan biaya bahan bakar.
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) pun melonjak 49 persen hingga mencapai rekor tertinggi US$1 miliar dan perseroan tetap mempertahankan marjin EBITDA yang tinggi sebesar 35,8 persen.
"Dengan demikian, kami berada pada jalur yang tepat untuk mencapai proyeksi EBITDA tahunan pada kisaran US$1,1 sampai US$1,3 miliar," ujar Garibaldi. (umi)