Jurus RI Jika Krisis Italia Makin Parah
VIVAnews - Krisis Italia mulai menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Kementerian Keuangan memperkirakan imbas kekhawatiran terjadinya krisis di Italia terhadap perekonomian global akan lebih parah dibandingkan krisis Yunani.
"Ekonominya (Italia) lebih besar dari Yunani, atau empat kalinya, maka implikasi kepada krisis global makin besar," kata Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati di Istana Presiden, Jakarta, Kamis, 10 November 2011.
Anny memperkirakan pemerintah setidaknya telah memitigasi dampak krisis Italia terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, mitigasi kemungkinan ancaman terhadap penurunan ekspor karena berkurangnya permintaan dan harga yang melemah.
Mitigasi kedua yaitu kekhawatiran merembetnya krisis Italia terhadap sektor perbankan nasional. Untuk dampak ini, Anni menyatakan laporan yang diperoleh pemerintah mengungkapkan kondisi perbankan secara umum berada dalam kondisi baik terlihat dari tingkat kredit macet yang rendah.
Upaya pencegahan dampak krisis Italia yang disiapkan pemerintah adalah kemungkinan masuknya modal asing ke sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia. Kendati tidak sebesar tahun ini, pemerintah menyatakan Indonesia harus siap menampung modal asing agar bisa tersalur pada sektor riil.
"Sebenarnya masalah ketiga itu lebih kepada peluang Indonesia menangkap peluang masuknya arus modal asing ke emerging market karena kondisi negara maju tidak cukup kondusif," kata Anny.
Diakui Anny, persoalan krisis surat utang Italia memang akan mendorong perlambatan ekonomi global pada tahun 2012 dan 2013. Hal itu sejalan dengan prediksi Dana Moneter Internasional atau IMF bahwa perekonomian dunia pada 2012 akan mengalami koreksi 0,5 persen.
"Buat INdonesia, kita harus menangkap itu sebagai bagian untuk mengantisipasi dan mempersiapkan ekonomi domestik tahun 2012-2013," ujarnya.
Upaya mitigasi yang disiapkan diantaranya cadangan fiskal, pangan, dan langkah pencegahan lainnya.
pemerintah, ujar Anny, mengharapkan agar dua faktor utama yang dimiliki INdonesia dalam rangka pencegahan dampak krisis ekonomi global bisa berjalan optimal. Kedua faktor itu adalah konsumsi domestik dan belanja pemerintah.
Khusus pada belanja pemerintah, Anny menegaskan agar penerima anggaran bisa mengoptimalkan dana dengan meningkatkan kualitas belanja. Hal itu diharapkan bisa mendorong perekonomian Indonesia sejak kuartal I-2012.
"Ini menjadi keharusan supaya nanti ketika ada perlambatan dari nilai ekspor, maka ada penopang dari sisi goverment expenditur dan consumption public. Jadi kita tetap bisa menjaga growth tetap mendorong pada posisi 6,7 persen," pungkasnya