BPS: Industri Manufaktur RI Tetap Tumbuh
VIVAnews - Badan Pusat Statistik mengungkapkan, di tengah serbuan barang-barang impor, ternyata industri manufaktur besar, sedang, kecil maupun mikro mengalami kenaikan jumlah produksi.
BPS mencatat, produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan III-2011 naik sebesar 2,87 persen dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, industri manufaktur kecil dan mikro pada triwulan III tumbuh 2,21 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Menurut Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Sihar Lumban Tobing, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang terbesar terjadi pada kendaraan bermotor yang naik 24,93 persen.
"Diikuti radio, televisi, dan peralatan telekomunikasi sebesar 13,55 persen. Sedangkan alat angkutan selain kendaraan bermotor naik 5,71 persen," tutur Sihar saat jumpa pers di kantor BPS, Jakarta, Selasa 1 November 2011.
Sementara itu, jenis produksi yang mengalami penurunan adalah mesin listrik dan perlengkapannya sebesar 11,83 persen serta mesin dan perlengkapannya turun 11,74 persen. Kemudian, kertas dan barang-barang dari kertas turun 6,51 persen.
Industri manufaktur besar dan sedang pada periode triwulanan, ujar Sihar, sejak 2001 hingga 2011 selalu tumbuh positif. "Kecuali pada 2005 dan 2006, karena terjadi pertumbuhan negatif," tuturnya.
Selanjutnya, untuk industri manufaktur kecil dan mikro, dia menambahkan, pertumbuhan produksi terbesar berasal dari sektor pakaian jadi yang naik 7,15 persen. "Lalu, peralatan listrik naik 6,99 persen dan alat angkutan lainnya meningkat 4,52 persen," kata Sihar.
Sedangkan jenis-jenis industri yang menurun, dia melanjutkan, untuk industri kecil dan mikro antara lain farmasi, obat, dan obat tradisional turun 19,13 persen. Industri karet, barang dari karet, dan plastik juga turun 10,67 persen.
Sihar mengatakan, industri kecil dan mikro pada triwulan III-2011 pada tingkat provinsi yang tumbuh tertinggi adalah Maluku Utara sebesar 14,45 persen, Sumatera Barat 11,52 persen, dan Bengkulu 8,25 persen.
"Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah Sulawesi Utara sebesar 21,03 persen, Sumatera Selatan 9,68 persen, dan Gorontalo 8,92 persen," tuturnya. (art)