'Bursa Anjlok, BI Tenang-tenang Saja'
VIVAnews - Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Pery Warjiyo, mengatakan Bank Indonesia tidak khawatir dengan masalah yang terjadi di pasar finansial hari ini. Situasi yang juga berimbas pada anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan hanya bersifat sementara.
“Nggak masalah, kami tenang-tenang saja. Inflasi juga akan lebih rendah,” kata Pery Warjiyo saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 5 Agustus 2011.
Menurut Pery, keluarnya sebagian investor asing dari pasar modal yang terjadi hari ini hanya bersifat sementara. Apalagi, bank sentral di Indonesia sudah meramalkan bahwa kondisi ekonomi Amerika Serikat dan ketidakpastian ekonomi Eropa masih akan terus berlanjut. "Kami sudah tahu," ujarnya.
BI justru yakin, dalam jangka panjang, arus modal asing ke pasar finansial Indonesia masih akan terus masuk dengan kecenderungan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang terus menguat dan stabil. "Dengan cadangan devisa US$122 miliar, nothing to worry lah," kata Pery.
Bank sentral memperkirakan masuknya dana asing akan tetap mengikuti tren setahun sebelumnya, walaupun secara kumulatif, nilainya lebih rendah. Investor asing bakal menyimpan dananya dalam bentuk portofolio sekitar US$12 miliar.
Instrumen investasi yang menjadi incaran di antaranya surat utang, saham, serta Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Kendati demikian, BI mengaku akan tetap menjaga perkembangan nilai tukar secara konsisten. Hal itu dilakukan dalam kaitannya dengan sasaran inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Lebih jauh, BI menilai perekonomian AS pada dasarnya tidak sedang berada dalam kondisi resesi. Alasannya, resesi mensyaratkan pertumbuhan yang rendah, negatif, dan menurun. Kondisi AS dan global yang terjadi saat ini lebih mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari yang diperkirakan.
"Tidak --khawatir resesi global--, ekonomi kita kan bagus. Ekspor migas dan non-migas tinggi, di atas 30 persen," ujar Pery. (art)