Ramalan Ekonomi RI Hingga Akhir Tahun
VIVAnews - Kinerja positif perekonomian Indonesia selama semester I-2011 sekali lagi mendapat pengakuan dari lembaga manajemen investasi internasional, BNP Paribas Investment Partners. Pada paruh kedua ini, kinerja ekonomi nasional diperkirakan tetap positif dengan berbagai catatan di dalamnya.
Dalam laporan ulasan pasar bertajuk 'Peningkatan yang Impresif di Semester Pertama' yang diterima VIVAnews.com, disebutkan kondisi politik domestik yang stabil untuk pemilihan umum (Pemilu) 2014 membuat risiko pasar internal pada semester II-2011 kemungkinan akan datang dari tingkat inflasi.
"Kami berharap tolak ukur suku bunga tetap berada di level 6,75 persen sampai akhir tahun," ujar Presiden Direktur BNP Paribas Investment Partners, Tino Moorrees.
Di bidang pasar modal, BNP Paribas optimistis pasar saham Indonesia dapat mempertahankan momentum positifnya hingga akhir 2011. Hal itu disebabkan tidak adanya tekanan peningkatan tingkat suku bunga seperti dialami negara-negara lain di Asia Pasifik.
Bahkan, kinerja saham Indonesia diperkirakan mampu mengalahkan pasar negara-negara maju dengan asumsi tekanan inflasi dan peningkatan suku bunga di negara-negara Asia mencapai puncaknya pada kuartal III-2011. Tekanan tadi akan memberikan sentimen global yang positif terhadap kawasan Asia.
BNP Paribas mencatat, saat ini, saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai tingkat price earning (PE) sebesar 15,3 kali dengan estimasi pertumbuhan pendapatan emiten 30 persen dalam dolar AS. Kuatnya kinerja saham Indonesia sebagian besar dipicu oleh pertumbuhan profit korporasi yang kuat.
"Kami tetap optimistis bahwa pertumbuhan profit akan tetap tinggi, sehingga akan dapat menunjang kenaikan level indeks," ujar Tino.
Pada bidang ekonomi makro, BNP Paribas menilai Indonesia masih akan berada dalam tahap pertumbuhan yang didukung oleh ekonomi organik dan pertumbuhan tingkat produksi dengan tingkat utang yang relatif rendah, dan kondisi ideal untuk investasi.
Dari tinjauan BNP Paribas, pada semester II-2011, pertumbuhan akan ditunjang oleh katalis seperti konsumsi yang kuat, ekspansi pinjaman bank, apresiasi nilai tukar, dan tingginya harga komoditas. Faktor-faktor tersebut menunjang valuasi pasar untuk tetap menarik.
Apalagi pada tahun depan, pemerintah akan menetapkan tingkat pembayaran dividen lebih rendah yaitu 15 persen untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selama ini, gabungan emiten BUMN menguasai 25 persen bobot pasar modal Indonesia.
Kebijakan pemerintah itu dipastikan akan memperkuat proyeksi pertumbuhan pendapatan 22 persen dalam dolar AS dengan PE mencapai 12,9 kali pada 2012. (art)