Prabowo: Saya Incar Peluang Apa Saja
VIVAnews - Pengusaha sekaligus politikus Prabowo Subianto menyatakan proses restrukturisasi PT Kertas Nusantara (dulu PT Kiani Kertas) akan terus berjalan sesuai rencana.
"Saya kira perkembangannya bagus," kata Prabowo saat ditemui VIVAnews.com di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis 21 Juli 2011.
Untuk mengembangkan bisnisnya, saat ini Prabowo akan mengincar sejumlah peluang. "Peluang apa saja yang ada di Indonesia," ujar Prabowo.
Sebelumnya, perusahaan pengolahan bubur kertas miliknya, PT Kertas Nusantara, terbelit utang hingga Rp14,3 triliun.
Kewajiban utang itu terhadap 161 kreditor. Atas gugatan pailit salah satu kreditornya, PT Multi Alphabet Dinamika, pada Kamis 9 Juni 2011, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memerintahkan perusahaan melunasi kewajibannya. Bila tidak, Kertas Nusantara ditetapkan pailit alias bangkrut.
Namun, perusahaan mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) dan Kamis ini, 88 kreditor menyetujui proposal itu. Dalam permohonan penundaan utang itu, utang akan dilunasi 20 tahun kemudian bagi kreditor konkuren dan 15 tahun bagi kreditor separatis. Kreditor konkuren merupakan kreditor yang tidak dijamin aset perseroan, sedangkan kreditor separatis dijamin.
Menanggapi gugatan pailit ini, pengamat ekonomi politik dari Democracy and Conflict Governance Institute (DCGI) Universitas Airlangga, Dimas Oky Nugroho, melihat ada keterkaitan antara kasus gugatan pailit yang dialami PT Kertas Nusantara dengan pemilihan presiden 2014.
Menurut Dimas, ketidakmampuan mengelola bisnis akan menjadi indikator kemampuan Prabowo dalam mengelola negara. "Ini jika dia memutuskan maju dalam Pilpres 2014," kata Dimas di Hotel Millennium, Jakarta, Kamis 21 Juli 2011.
"Jika Prabowo tidak mampu membayar utang-utangnya, maka pertanyaannya apakah Prabowo mampu menjaga amanat rakyat? Bisnis ini juga menyangkut banyak orang."
PT Kertas Nusantara melalui kuasa hukumnya, Ian Siregar, enggan berkomentar banyak terkait pelaksanaan dan perjanjian damai restrukturisasi tersebut. "Nanti saja," katanya. (art)