Daya Saing RI Kalahkan Brasil dan India

VIVAnews - Daya saing Indonesia dalam peringkat Global Competitiveness Index (CGI) pada 2010 naik dari 54 menjadi 44 dari 139 negara. Kenaikan peringkat daya saing Indonesia paling tinggi di antara negara G20, mengalahkan Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan.
Dalam laporan Thierry Geiger, berjudul The Indonesia Competiveness Report 2011, peringkat Indonesia ini lebih tinggi dibanding Brasil (peringkat 59), Rusia (63), India (51), dan Afrika Selatan (54). Namun, peringkat Indonesia masih kalah dengan China (peringkat 27), Singapura (3), dan Malaysia (26).
Thierry yang juga ekonom World Economic Forum mengatakan, kekuatan Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi cepat dan manajemen fiskal yang baik. Akses pendidikan dasar yang merata juga membuat peningkatan kualitas.
Laporan itu juga menyebutkan beberapa faktor penting beberapa tahun ke depan yaitu efisiensi pasar komoditas akibat kebijakan perpajakan yang kompetitif. Namun, masalah birokrasi dan hambatan perdagangan masih ada. Indonesia juga unggul karena memiliki pasar besar.
Sebagai salah satu dari 20 negara dengan ekonomi terbesar, Indonesia unggul karena banyak populasi penduduk dan pertumbuhan kelas menengah.
Menurut dia, kelemahan Indonesia paling mencolok adalah sektor infrastruktur. Kondisi pelabuhan, jalan raya, dan rel kereta api dinilai masih sangat memprihatinkan.
Selain itu, pasokan listrik masih tidak dapat diandalkan dan langka, penyerapan informasi teknologi masih terbatas, masalah kesehatan masyarakat dinilai masih rendah, dan masalah ketenagakerjaan.
Thierry juga menyoroti masalah korupsi yang meluas, sehingga perlu proses pembuatan kebijakan yang lebih transparan. "Pada akhirnya Indonesia harus terus memperkuat kerangka institusional" ujarnya.
Laporan itu mengakui Indonesia mengalami perubahan baik dan terbukti bertahan dari krisis global. "Ini perkembangan positif. Namun, Indonesia tidak boleh puas," ujarnya.
CGI memeringkat dengan 12 indikator antara lain lembaga, infrastruktur, kesehatan lingkungan, ekonomi makro dan pendidikan dasar, serta pendidikan tinggi dan pelatihan. Indikator lainnya efisiensi pasar yang baik, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi kesiapan, ukuran pasar, serta kecanggihan bisnis dan inovasi. (art)