Uni Eropa Minati Sektor Infrastruktur RI
VIVAnews - Negara-negara Uni Eropa berencana meningkatkan nilai investasi di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Mereka melihat potensi investasi yang cukup besar di Tanah Air.
"Jadi, dialog terus dilakukan dan kami tengah melakukan studi untuk itu (investasi)," kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julian Willson, di Jakarta, Kamis 31 Maret 2011.
Dengan studi tersebut, Willson menambahkan, akan dapat terlihat sektor mana yang paling memungkinkan untuk ditingkatkan investasinya. "Hasilnya akan diketahui nanti, pada Mei mendatang," kata dia.
Hingga saat ini, menurut dia, terdapat 700 perusahaan asal Eropa dengan nilai investasi sebesar US$50 miliar di Indonesia. Investasi tersebut hanya mencakup 1,6 persen dari total investasi Uni Eropa di Asia.
Sementara itu, First Secretary Economic and Trade Section Uni Eropa untuk Indonesia, Walter Van Hattum, mengatakan perusahaan Eropa sangat tertarik berinvestasi pada sektor infrastruktur di Indonesia. "Kami sangat tertarik, apalagi pemerintah Indonesia juga tengah giat-giatnya berinvestasi pada sektor ini," ujar dia.
Selain itu, Walter beralasan, pihak Eropa memiliki pengalaman dan keahlian dalam pembangunan infrastruktur, dan hal ini menjadi salah satu keunggulan mereka.
Seperti diketahui, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono siap menggenjot pembangunan infrastruktur sepanjang tahun ini. Dana yang dianggarkan mencapai Rp126 triliun.
Infrastruktur menjadi pusat perhatian, karena pemerintah berniat menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen per tahun. Tahun ini, ditargetkan ekonomi tumbuh 6,4 persen dan naik terus hingga tahun-tahun berikutnya.
Walter juga melihat, sektor manufaktur, otomotif, dan pengolahan makanan berpotensi menjadi tujuan investasi Uni Eropa di Indonesia. Jumlah populasi yang besar menjadi salah satu daya tarik. "Pasar yang besar didukung daya beli masyarakat yang juga tinggi," kata dia.
Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia saat ini memiliki jumlah populasi sebanyak 220 juta jiwa dengan pendapatan per kapita sebesar US$3.000. Jumlah kelas menengah Indonesia pada 2010 sebanyak 134 juta jiwa atau 56,6 persen. Jumlah ini meningkat pesat dibanding 2003 yang hanya 37,7 persen.
Sementara itu, Walter menuturkan, hubungan perdagangan Indonesia dan Uni Eropa hingga saat ini didominasi sektor komoditas dan tambang. "Ekspor minyak sawit, batu bara, dan furnitur menjadi salah satu pendorong," kata dia.
Nilai dagang Indonesia dan Uni Eropa hingga 2010 mencapai 20 miliar euro atau setara Rp245,3 triliun, dengan ekspor Indonesia ke Uni Eropa senilai 14 miliar euro atau Rp171,7 triliun.
Walter menjelaskan, potensi perusahaan Eropa untuk meningkatkan nilai ekspor tersebut terutama di bidang manufaktur dan otomotif.
Namun, ia mengatakan ada beberapa hal yang menjadi perhatian perusahaan-perusahaan Eropa dalam berinvestasi di Indonesia, yakni kepastian dan keamanan.
"Jalan tol misalnya. Kami ingin adanya kepastian. Tidak hanya berinvestasi, tapi sebagai investor, kami ingin ikut mengelola untuk mengembalikan nilai investasi mereka," tutur Walter. (art)