Tekanan Inflasi Mereda Setelah Maret-April
VIVAnews - Tekanan inflasi yang disebabkan kenaikan harga bahan pangan diperkirakan berkurang setelah musim panen Maret-April 2011. Angka indikator inflasi juga diperhitungkan akan melunak seiring dengan penurunan harga bahan pangan dan penguatan nilai tukar rupiah.
"Keputusan pemerintah untuk menunda program pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ikut mengurangi tekanan inflasi jangka pendek," kata Investment Specialist PT BNP Paribas Investment Partners, Johan Sidik, dalam risetnya mengenai kondisi perekonomian Indonesia di Jakarta, Kamis 24 Maret 2011.
Menurut BNP Paribas, rupiah juga diproyeksikan semakin menguat terhadap dolar AS, menyusul semakin banyaknya aliran dana asing untuk investasi langsung. Kondisi itu terlihat dari meningkatnya cadangan devisa yang menembus lebih dari US$100 miliar.
Namun, Johan juga mengakui, inflasi bisa menjadi kekhawatiran tahun ini. Meski demikian, kenaikan inflasi bersifat musiman karena kondisi anomali cuaca, sehingga memicu lonjakan harga pangan.
Di pasar modal, menurut dia, kenaikan inflasi justru akan berdampak positif. Sejarah menunjukkan pasar modal Indonesia akan memperoleh keuntungan dengan kenaikan inflasi, karena tumbuhnya sektor komoditas akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan.
Johan mengatakan, pandangan tersebut sempat berbalik pada Januari tahun ini, ketika optimisme pemulihan ekonomi di negara-negara maju berubah. Selain itu, pelaku pasar khawatir Bank Indonesia (BI) akan bertindak lamban mengendalikan inflasi.
Kondisi itu, dia melanjutkan, telah menyebabkan investor asing melakukan aksi ambil untung di pasar saham, sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok ke level 3.409,2 atau turun 8,3 persen (dalam mata uang dolar AS). "Saat itu, investor asing melakukan penjualan bersih total Rp4 triliun," ujar dia.
Dia menjelaskan, pasar kemudian berubah haluan pada Februari ketika IHSG bergerak naik 4,4 persen berkat kesigapan BI menaikkan suku bunga dan membaiknya peringkat utang Indonesia.
"Dana asing kembali masuk ke Indonesia dan investor asing memborong saham, sehingga terjadi pembelian bersih Rp1,3 triliun," tuturnya.
Di tengah ketidakpastian sentimen global, Johan menjelaskan, investor jangka panjang tetap memburu saham-saham yang harganya relatif murah dan tekanan jual berkurang. "Investor jangka panjang masih akan terus memburu saham-saham murah hingga dua bulan ke depan," ujarnya.
Seperti diketahui, setelah bulan sebelumnya cukup tinggi, akhirnya inflasi turun pada Februari 2011. Inflasi Februari tercatat 0,13 persen, bahkan kelompok bahan pangan mengalami deflasi.
Sementara itu, laju inflasi kumulatif (Januari-Februari) sebesar 1,3 persen dan year on year (yoy) sebesar 6,84 persen atau turun jika dibandingkan angka yoy Januari 7,02 persen. Untuk inflasi inti sebesar 4,36 persen. (sj)