Saham-saham Tak Terpengaruh Inflasi
VIVAnews - sebelum mengakumulasi saham-saham di Bursa Efek Indonesia, investor diprediksi memilih menanti pengumuman laju inflasi Februari 2011, yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik hari ini.
Namun, sejumlah saham diperkirakan tetap diminati pelaku pasar. Nah, saham-saham apa saja itu? Berikut penuturan dua orang analis yang akan mengungkapkan alasan dan faktor pemicu bakal diburunya saham-saham tersebut.
Willy Sanjaya, pengamat pasar modal PT Lautan Dana Securities berpendapat, meski indeks harga saham gabungan cenderung konsolidasi hingga laju inflasi Februari diumumkan BPS, namun saham-saham grup Bakrie tetap diminati pemodal. Sebab, hal itu terkait adanya agenda aksi korporasi antara Vallar Plc dengan PT Bumi Resources Tbk (BUMI). "Jadi, saham Bumi dan BNBR (PT Bakrie & Brothers Tbk) layak beli," kata dia kepada VIVAnews.com di Jakarta, Selasa 1 Maret 2011.
Investor juga bakal memburu saham-saham yang memiliki agenda korporasi lainnya, seperti pembagian dividen. Saham-saham tersebut di antaranya, PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO), PT Astra International Tbk (ASII), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Multipolar Tbk (MLPL), dan PT AKR Corporation Tbk (AKRA).
"Selain pembagian dividen, ekspektasi kinerja turut memicu pembelian saham. Contohnya, ASII terkait pembatasan BBM yang diundur," tutur Willy.
Kepala Riset PT Universal Broker, Satrio Utomo juga mengaku investor akan memburu saham-saham unggulan yang memiliki basis fundamental menjanjikan, terutama yang memiliki laporan keuangan tahun buku 2010 kuat.
Dia menuturkan, saham-saham itu antara lain Astra Internasional, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Satrio mengakui, tingginya permintaan atas rights issue Bank Mandiri beberapa minggu lalu masih menjadi alasan saham ini akan bertahan terhadap data inflasi yang akan diumumkan hari ini.
Seperti diketahui, Bank Mandiri menyebutkan eksekusi penawaran saham terbatas perseroan mengalami kelebihan permintaan sebesar Rp1,3 triliun dari pemegang saham eksisting nonpemerintah.
Bank pelat merah itu secara resmi mencatatkan penerbitan saham baru setelah mengakhiri masa perdagangan pada 21 Februari 2011. Saham publik yang beredar bertambah menjadi 23,33 miliar lembar setelah ada penambahan 2,34 miliar lembar saham baru.
Sementara itu, Bank Rakyat Indonesia, mencatat kenaikan laba menjadi Rp9,03 triliun dibanding tahun 2009. Pencapaian ini masuk akal, mengingat tahun lalu penyaluran kredit BRI naik 25 persen. Tercatat, selama 2010, pendapatan bunga bersih BRI mencapai Rp28,06 triliun, naik 22,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun saham berkapitalisasi terbesar pada Bursa Efek Indonesia, ASII, berhasil mencetak laba bersih di tahun lalu Rp14,3 triliun, naik 43 persen dibandingkan 2009 yang sebesar Rp10,04 triliun. Kenaikan laba ditopang pendapatan bersih yang mencapai Rp130 triliun atau naik 32 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp98,526 triliun. Sedangkan laba usaha naik 15 persen menjadi Rp14,7 triliun di 2010. (umi)