Pemerintah Diminta Segera Pasok Gas ke Jepang
VIVAnews - Pemerintah diminta segera merespons permintaan pemerintah Jepang mengenai penambahan pasokan gas ke negara yang baru saja terkena bencana ini.
"Kita bisa kehilangan momentum, Rusia sudah menyatakan kesiapannya," kata pengamat perminyakan, Kurtubi, di Jakarta, Jumat 25 Maret 2011.
Ia menegaskan, jika Rusia membangun pipa untuk kebutuhan pasokan gas ke Jepang, Indonesia tidak akan mendapatkan kesempatan lagi.
Lalu, dari mana pasokan gas tambahan itu diambil? Kurtubi mengatakan, pemerintah dapat mengalirkan gas dari ladang LNG Tangguh yang sebelumnya untuk Sempra, sebuah perusahaan asal Meksiko. "Ini untuk jangka pendek, kan belum direalisasi oleh Sempra," kata dia.
Sementara itu, untuk jangka panjang, menurut dia, pemerintah dapat menggunakan cadangan gas yang ada di blok Natuna. "Itu cadangan besar, bisa untuk 30 tahun," kata Kurtubi.
Blok Natuna diperkirakan memiliki cadangan sebesar 40-50 ribu trillion cubic feed (TCF). "Sekitar 50 persennya bisa dipakai domestik dan sisanya untuk ekspor ke Jepang. Apalagi, Jepang selalu membeli dengan harga yang tinggi karena menghargai sumber daya alam," ujar Kurtubi.
Dia menambahkan, kebutuhan Jepang terhadap gas dan batu bara dipastikan bertambah karena reaktor nuklir yang digunakan untuk memasok listrik 11 ribu megawatt (MW) terhenti. "Paska meledaknya reaktor nuklir, Jepang sepertinya akan mengurangi penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik," jelas Kurtubi.
Menurut Kepala Divisi Humas BP Migas, Gde Pradnyana, pemerintah Jepang secara resmi telah mengajukan permintaan penambahan pasokan gas tersebut kepada Indonesia. "Sudah pekan lalu," kata dia.
Tapi, dia menjelaskan, surat itu tidak menyebutkan baik volume maupun jangka waktu kontrak. "Saya kira itu akan ditentukan melalui B to B (Business to Business)," jelas Gde.
Mengenai pilihan penyaluran gas ke Jepang, Gde mengatakan Indonesia hanya memiliki tiga ladang gas yang memungkinkan, yaitu Ladang Arun, Bontang, dan Tangguh. Adapun mengenai usulan Kurtubi untuk menyalurkan gas Tangguh ke Jepang, Gde menjelaskan,"Setiap gas yang akan diambil itu sudah ada kontraknya, kami harus lihat dulu," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia, menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Darwin Zahedy Saleh, sedang mempertimbangkan untuk membantu pasokan gas ke Negeri Matahari Terbit tersebut.
Hal tersebut dilakukan menyusul meningkatnya kebutuhan gas paska musibah gempa dan tsunami yang melanda Negeri Sakura itu. (SJ)