SBY: Perebutan Sumber Daya Ancam Dunia
VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan agar para pemimpin negara-negara anggota G-20 untuk fokus pada upaya menjaga ketahanan pangan dan energi di tingkat global.
Perhatian ini penting guna menghindari konflik seiring dengan meningkatnya populasi yang berujung pada persaingan memperebutkan sumber daya alam.
Peringatan itu disampaikan SBY dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Kamis, 27 Januari 2011. SBY mengingatkan populasi dunia akan mencapai 9 miliar jiwa pada 2045, lebih dari separohnya tinggal di Asia.
"Bayangkan, ini akan menimbulkan tekanan terhadap makanan, energi, air dan sumber daya," kata Yudhoyono yang memimpin negara Asia dengan jumlah penduduk terbesar ketiga setelah China dan India.
SBY memperingatkan jika sumber daya yang langka tidak dikelola dengan baik dan bersama-sama, maka akan muncul perang ekonomi atau konflik babak baru yang bisa memicu perlombaan untuk memperebutkan sumber daya di tingkat global.
Harga pangan dunia belakangan ini memang terus mengalami kenaikan. Bukan hanya beras, namun gula, gandum dan sayur mayur juga mengalami kenaikan.
Menurut laporan Badan Pangan Dunia (FAO), indeks harga 55 komoditas pangan dalam enam bulan terakhir telah mengalami kenaikan signifikan menjadi 214,7 poin. Ini sudah melebihi level kritis pada Juni 2008 di posisi 213,5 poin.
"Dampak kenaikan harga pangan bukan hanya pada inflasi, namun juga bisa memicu kemiskinan dan kelaparan yang bisa berdampak pada kerusuhan sosial dan politik," kata SBY seperti dikutip Bloomberg. "Kita membutuhkan kebijakan dan kerja sama untuk mempromosikan keamanan pangan dan energi bagi semua."
Dalam kesempatan tersebut, seperti disebutkan dalam akun twitter Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Dino Patti Djalal, SBY juga mengingatkan kebangkitan Asia, baik dari sisi ekonomi, sosial dan budaya yang akan mengubah dunia. "Asia lebih dari sekedar China, India dan Jepang. Ketika Anda berpikir Asia, itu juga Indonesia dan Asean," kata SBY.