Akhir Pekan, Saham Tambang Masih Menarik
VIVAnews - Saham-saham pertambangan masih berpeluang untuk menguat terbatas pada perdagangan akhir pekan ini. Pemodal asing juga tampaknya mulai melakukan akumulasi atas saham pertambangan.
"Saham-saham itu di antaranya PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO)," kata analis PT Anugerah Securindo, Viviet S Putri, ketika dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Jumat 7 Januari 2011.
Selain Bumi dan Adaro, dia juga menunjuk sejumlah saham pertambangan lain seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Internasional Nickel Indonesia Tbk (INCO).
Sebelumnya, analis PT BNI Securities, Asti Pohan, juga merekomendasikan beli (buy) saham Bukit Asam seiring proyeksi peningkatan penjualan sebesar 28 persen dibanding tahun lalu. Sementara itu, laba bersih diharapkan tumbuh 45 persen karena tertopang potensi kenaikan harga penjualan.
"Perhitungan harga wajar PTBA di level Rp26.500. Level ini masih cukup jauh dari harga penutupan terakhir," ujar Asti. Pada akhir transaksi Kamis, 6 Januari 2011, harga saham Bukit Asam ditutup di level Rp23.200 per unit.
Asti melanjutkan, secara fundamental, Bukit Asam mencapai persetujuan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menambah pasokan sebanyak 1,5 juta ton batu bara.
Dengan penambahan pasokan ini, total penjualan batu bara perseroan kepada PLN dapat mencapai sembilan juta ton tahun ini. Pada 2009, Bukit Asam hanya memasok sekitar tujuh juta ton batu bara.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah. "Pelaku pasar di bursa dalam negeri terlihat mulai panik setelah indeks terus meluncur menuju ke teritori negatif," ujar Viviet.
IHSG ditutup turun sebesar 47,45 poin atau 1,25 persen ke level 3.736,25 pada perdagangan kemarin. Sebagian besar saham dengan kapitalisasi pasar besar terkoreksi di atas dua persen seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Semen Gresik Tbk (SMGR).
Harga saham Telkom tergerus 3,75 persen dan ditutup di level Rp7.700. Pelaku pasar, menurut Viviet, terlihat mengantisipasi potensi penurunan laba perseroan pada kinerja keuangan 2010.
Kondisi hampir serupa terjadi pada harga saham Astra. Prediksi turunnya penjualan mobil selama 2011 sebesar 25-30 persen terkait rencana pembatasan konsumsi bahan bakar bersubsidi (BBM), Viviet melanjutkan, membuat pelaku pasar cenderung mengamankan untuk sementara portofolio sahamnya.
Sementara itu, analis PT Panin Sekuritas Tbk, Purwoko Sartono, mengatakan indeks di bursa kemarin akhirnya mengalami koreksi setelah menguat dalam delapan hari berturut-turut.
"Melemahnya indeks dipicu oleh penurunan harga komoditas global serta turunnya bursa regional akibat kekhawatiran kenaikan kembali suku bunga China dan India," tuturnya.
Dari dalam negeri, dia menambahkan, investor kembali mencermati ancaman tingginya inflasi menyusul kenaikan harga pangan dan juga rencana pembatasan BBM pada Maret mendatang. "Untuk hari ini, kami perkirakan indeks bergerak pada kisaran support-resistance 3.715-3.751," tuturnya.