Syarat Indonesia Jadi Raksasa Ekonomi Dunia
VIVAnews - Ekonom Raden Pardede mengatakan Indonesia dapat menjadi kekuatan 10 besar ekonomi dunia pada 2025. Namun, untuk mencapai sasaran itu, harus diikuti perubahan perilaku, karena dengan pola seperti saat ini kemungkinan sulit untuk mewujudkan hal tersebut.
"Bisa saja itu tercapai. Persoalannya bagaimana kita mencapai ke sana. Apa syaratnya? Kalau dengan pola seperti sekarang sulit dicapai," ujar Raden kepada VIVAnews.com di Jakarta, Jumat 31 Desember 2010.
Menurut Raden, perlu adanya perubahan dalam perilaku, baik pemerintah, politisi, pebisnis, maupun penegak hukum. Jika tidak ada perubahan perilaku, target itu hanya menjadi angan-angan.
Dia menyebutkan empat hal utama yang harus diubah pemerintah. Pertama, pemerintah harus bekerja dan tidak boleh hanya omong kosong. Selain itu belanja pemerintah juga harus bisa dilakukan secara efisien dan efektif.
Kedua, pemerintah harus menciptakan iklim investasi ekonomi yang baik. Ketiga, pemerintah harus menjaga kepastian hukum, dan mengurangi ketidakpastian di dalam kegiatan ekonomi. Sedangkan keempat, memelihara kestabilan politik.
"Politik kita harus kondusif dengan tujuan mensejahterakan masyarakat," ujarnya.
Raden melanjutkan, empat hal itu menjadi yang utama. Selanjutnya, pemerintah harus fokus untuk mempercepat pembangunan sektor infrastruktur yang selama ini sangat terlambat pembangunannya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa meyakini Indonesia dapat mencapai kekuatan 10 besar ekonomi dunia pada tahun tersebut.
"Pada 2025, visi kami sudah harus meraih PDB (produk domestik bruto) US$3,7-4,7 triliun, pendapatan per kapita berkisar US$12-16 ribu, sehingga jadi kekuatan 10 besar ekonomi dunia," kata Hatta di sela Rapat Kabinet terbatas bidang ekonomi di Istana Bogor, Kamis 30 Desember 2010.
Hatta merinci, Indonesia memiliki potensi, peluang, dan momentum yang baik di tengah situasi global dunia. Indonesia berada di tengah perdagangan yang meningkat cepat pada 2008. Sekitar 54 persen ekspor di negara berkembang didorong negara sejenis lainnya.
Berbeda dengan 12 persen saja pada 2008, sehingga Indonesia memiliki posisi bagus. Pengaturan arus modal dan imbal hasil (yield), menurut Hatta, juga akan terus rendah di negara maju. Akibatnya, modal pun akan terus masuk ke negara berkembang.
Selain itu, sejumlah sumber daya alam yang dimiliki Indonesia juga menjadi alasan atas keyakinan pemerintah untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. "Indonesia punya kelapa sawit, timah, kakao, bauksit, dan panas bumi. Semua belum terkelola secara baik, belum jadi added value memadai," ujar Hatta.
Pemerintah pun memprediksi, transformasi pertumbuhan ekonomi 7-8 persen dapat dicapai pada 2013. Pada 2014, PDB Indonesia pun ditaksir mencapai US$1-1,2 triliun. (art)