Larangan Premium Sama Saja Menaikkan Harga

VIVAnews - Rencana pemerintah untuk membatasi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per 1 Januari 2010 dinilai sama dengan menaikkan harga BBM. Lebih baik menaikkan saja harga premium mencapai harga keekonomian.
"Hingga saat ini pemerintah belum mengajukan secara resmi ke DPR, sehingga ini baru usulan dan belum menjadi kebijakan," kata Wakil Ketua Komisi VII DPR, Effendi Simbolon dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu, 11 Desember 2010.
Menurut Effendi, pemerintah malu-malu kucing terkait rencana pembatasan BBM bersubsidi. Sebenarnya, menurut Effendi, pemerintah sama saja memaksa masyarakat untuk beralih dari penggunaan Premium menjadi Pertamax. "Rakyat tidak punya alternatif pilihan BBM," kata politisi PDI Perjuangan itu..
Effendi menjelaskan, sebenarnya pembatasan BBM bersubsidi sama saja dengan menaikkan harga BBM. Lebih baik menaikkan harga premium sebesar Rp300 per liter, sehingga Premium mencapai harga keekonomian. Dengan demikian, masyarakat memiliki banyak pilihan bahan bakar.
Subsidi BBM, dia menjelaskan, bukan merupakan pemborosan karena masyarakat riil yang menikmati BBM. Sebenarnya subsidi otomatis akan hilang dengan sendirinya seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
"Anggaran BBM bersubsidi sebesar Rp88 triliun itu tidak mahal untuk 200 juta masyarakat Indonesia dibandingkan bailout Century," katanya. (art)