Industri Manufaktur Indonesia Tertinggal?
VIVAnews - Indonesia terancam deindustrialisasi atau proses menurunnya kinerja industri manufaktur. Sebab, industri manufaktur dalam beberapa tahun terakhir selalu tumbuh di bawah perekonomian nasional.
Ekonom senior Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar enam persen, sedangkan sektor manufaktur hanya 4,5 persen. Ketika perekonomian jatuh dengan pertumbuhan 4,5 persen, manufaktur hanya tumbuh dua persen.
"Jadi, sudah bertahun-tahun ini industri manufaktur tumbuh di bawah perekonomian nasional. Jika ini dibiarkan, maka akan terjadi deindustrialisasi," kata Mirza dalam paparan Outlook Ekonomi 2011 di Jakarta.
Saat ini, menurut Mirza, fenomena yang terjadi adalah 'orang' beralih ke industri komoditas. Namun, industri komoditas yang dituju adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, dan nikel yang tidak diolah.
Semestinya, dia menjelaskan, yang harus dilakukan adalah mengolah komoditas tersebut, sehingga dapat menjadi industri manufaktur.
Mirza menilai, saat ini Indonesia justru kembali ke zaman komoditas primer. Padahal, semestinya Indonesia sudah masuk ke industri manufaktur. "Kenyataannya yang terjadi, saat ini industri justru tumbuh di bawah pertumbuhan perekonomian nasional," tuturnya.
Untuk itu, Mirza mengimbau agar terjadi keseimbangan antara pertumbuhan industri manufaktur dengan ekonomi nasional. Jadi, perlu adanya kompetisi. Kompetisi itu antara lain dalam hal teknologi, pengetahuan pasar, dan tenaga kerjanya.