Cuaca Ekstrim, Indonesia Harus Impor Beras?
VIVAnews - Sebagai negara agraris yang menghasilkan beras, Indonesia akhirnya memutuskan untuk mengimpor beras sebanyak 1,2 juta ton. Jumlah impor beras tersebut cukup besar dan beberapa di antaranya akan didatangkan dari Thailand.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, harga beras di Thailand lebih murah dari Indonesia. Untuk keperluan impor saat ini, harga yang disepakati di kisaran US$450-480 per ton. "Di Indonesia, untuk yang 5-10 persen (kelas premium) itu jatuhnya di kisaran Rp5.000 per liter," kata Bayu di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu 22 Desember 2010.
Mengapa beras di Thailand bisa murah? Menurut Bayu, karena penduduk di Thailand lebih sedikit dibanding Indonesia, sedangkan produksinya banyak. Namun, Bayu mengatakan bahwa angka impor 1,2 juta ton itu bukan angka patokan bagi Bulog untuk mengimpor.
"Yang penting, Bulog punya stok 1,5 juta ton di gudang. Kalau memang realisasi sekarang 650 ribu ton sudah cukup, ya berhenti," ujar Bayu.
Saat ini, dia menjelaskan, harga beras internasional memang sedang berfluktuasi karena cuaca ekstrim. Tiga bulan terakhir, harga beras di pasar internasional naik 11-18 persen.
Sementara itu, harga beras di dalam negeri, selisihnya dengan luar negeri cukup tinggi yakni antara 3-8 persen. "Jadi, fluktuasi di pasar internasional cukup besar, meski sebenarnya tidak terlalu berpengaruh," kata dia.
Bayu menjelaskan, impor dilakukan untuk melindungi petani agar harga tetap bisa terjaga stabil. Impor beras juga diperlukan untuk menjaga stok agar dalam menghadapi cuaca ekstrim, Indonesia tidak kelabakan.