Ciliandra Fangiono, Triliuner Termuda RI
VIVAnews - Majalah Forbes kembali merilis daftar 40 orang terkaya di Indonesia pada 2010. Nilai kekayaan 40 orang super kaya itu mencapai US$71 miliar atau sekitar Rp640 triliun.
Jumlah tersebut meningkat pesat dibandingkan tahun lalu yang tercatat US$42 miliar atau hampir Rp380 triliun.
Pada urutan pertama, pemilik grup Djarum, Budi dan Michael Hartono, tercatat sebagai orang paling kaya di Indonesia. Total kekayaannya senilai US$11 miliar atau hampir Rp100 triliun.
Di antara daftar orang terkaya itu terdapat tujuh pendatang baru dengan total kekayaan lebih dari US$8 miliar atau sekitar Rp72 triliun. Namun, di antara orang terkaya itu, Ciliandra Fangiono, adalah triliunan termuda. Usianya baru 34 tahun.
Mantan kepala bankir investasi First Resources Ltd, yang mengelola lebih dari 247.000 hektare perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan itu memiliki kekayaan US$1,1 miliar atau sekitar Rp9,9 triliun.
Dia dan kerabatnya, termasuk saudara laki-lakinya Cik Sigih, yang menjabat wakil kepala eksekutif, memiliki 85 persen perusahaan pengelola kebun kelapa sawit itu. First Resources juga tercatat di Bursa Efek Singapura.
Tahun lalu, melalui polesannya, saham perusahaan naik di atas 30 persen seiring kenaikan harga kelapa sawit. Ayahnya, Martias, adalah pendiri perusahaan itu, tetapi belum terlibat sejak 2003.
First Resources juga memiliki anak usaha PT Ciliandra Perkasa. Kegiatan utama Ciliandra Perkasa di bidang usaha penanaman dan pemanenan kelapa sawit. Perusahaan juga mengolah buah menjadi minyak sawit mentah serta inti sawit untuk penjualan lokal dan ekspor.
Bapak dari dua anak itu dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia berada di peringkat ke-20. Peringkat Ciliandra turun dibanding tahun lalu di posisi ke-18. Namun, dari nilai kekayaan, pundi-pundi harta Ciliandra melesat dibanding 2009 sekitar US$710 juta atau setara Rp6,4 triliun.
Kekayaan Ciliandra mengalahkan sejumlah konglomerat papan atas lainnya yang lebih senior seperti pendiri Grup Lippo, Mochtar Riady (US$730 juta), Ciputra (US$725 juta), dan Prajogo Pangestu (US$455 juta).