Ambisi Vallar Bangun Perusahaan Tambang Dunia
VIVAnews - PT Bakrie & Brothers Tbk dan beberapa kelompok usaha Bakrie, belum lama ini menandatangani perjanjian jual beli (sale and purchase agreement) dengan Vallar Plc untuk melepas sekitar 5,2 miliar sahamnya di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada harga Rp2.500 per unit.
Melalui penandatanganan perjanjian jual beli tersebut, Bakrie akan memperoleh sekitar 90,1 juta saham baru di Vallar. Bakrie & Brothers sendiri akan menerima sekitar 50,5 juta saham baru di Vallar seharga GBP 10 per saham.
Transaksi 'tukar guling' itu selanjutnya akan menjadikan Vallar memiliki sekitar 25 persen saham di Bumi Resources. Setelah transaksi tersebut ditandatangani, Vallar akan berganti nama menjadi Bumi Plc dan Bakrie akan menguasai 43 persen saham di perusahaan tersebut.
Bukan hanya dengan Grup Bakrie, Vallar melakukan aksi korporasi serupa dengan PT Berau Coal Energy Tbk. Vallar membeli 75 persen saham produsen batu bara itu dengan kombinasi pembayaran tunai dan penerbitan saham baru.
Melalui transaksi tersebut, PT Bukit Mutiara selaku pemegang saham Berau Energy akan melepas 12,21 miliar saham pada harga Rp540 per unit. Penjualan saham itu merepresentasikan 35 persen saham di Berau Energy.
Sementara itu, sisanya sebesar 40 persen atau 13,96 miliar saham Berau Energy akan ditukar dengan 52,3 juta saham di Vallar. Total nilai kedua transaksi itu mencapai US$3 miliar atau sekitar Rp27 triliun.
Transaksi tersebut akan menciptakan perusahaan pertambangan global terkemuka dari Indonesia, yang akan melahirkan sinergi pasar, merampingkan proses pembuatan keputusan, dan memberikan akses lebih besar ke pasar modal dan keuangan.
Vallar didirikan bersama oleh Nathaniel Rothschild dan James Campbell yang memiliki pengalaman berinvestasi dan mengelola pada perusahaan-perusahaan tambang di seluruh dunia.
Per 12 November 2010, Vallar Plc memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$1,044 miliar dengan lebih dari US$1 miliar dalam bentuk tunai.
Pendiri Vallar bernama lengkap Nathaniel Philip Victor James Rothschild dikenal sebagai pemodal kelahiran Inggris berkewarganegaraan Swiss. Pria kelahiran 12 Juli 1971 itu adalah keturunan keluarga Rothschild yang sangat dikenal pelaku bisnis keuangan.
Nathaniel adalah bungsu dari empat bersaudara dan satu-satunya laki-laki pasangan Jacobs Rothschild dan Serena Mary Dunn. Kakeknya, Sir James Dunn adalah investor besar Kanada dan seorang industrialis.
Rothschild kecil sempat mengenyam pendidikan di Colet Court, Eton College, Wadham College, dan Oxford. Dia juga pernah bergabung sebagai anggota Bullingdon Club, sebuah perkumpulan mahasiswa eksklusif di Oxford University.
Pada 2010, Rothschild menjadi non-executive director Barrick Gold Corporation. Nat juga pernah menjabat sebagai chairman of the International Advisory Board of United Company Rusal plc, produsen aluminium terbesar di dunia.
Dia juga menjadi anggota Belfer Center's International Council di Harvard's John F Kennedy School of Government dan International Advisory Council of the Brookings Institution atau lembaga riset nirlaba berbasis di Washington.
Nat adalah juga anggota International Advisory Board dari Barrick Gold Corporation dan pernah dinominasikan sebagai 'Young Global Leader' pada forum ekonomi dunia pada 2005. The Sunday Times memperkirakan kekayaan Nat Rothschild sekitar 650 juta poundsterling.
Vallar didirikan untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan besar yang aktif di industri pertambangan, logam, dan sumber daya.
Dalam beberapa tahun terakhir, konsolidasi di sektor tersebut telah menciptakan sejumlah konglomerat besar. Resesi global yang memicu krisis keuangan mendorong upaya pendekatan lebih konservatif untuk mengoptimalkan kembali portofolio sejumlah perusahaan.
"Tim kami dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas di sektor ini, bermaksud untuk mengidentifikasi situasi seperti itu dan menganalisis struktur akuisisi," tulis manajemen Vallar dalam situsnya.
Meningkatnya urbanisasi global dan industrialisasi, menurut Vallar, cenderung memicu peningkatan permintaan komoditas di seluruh dunia. Namun, pada saat bersamaan, pasokan komoditas berkualitas tinggi bisa menjadi lebih terbatas.
Resesi, Vallar melanjutkan, telah mengakibatkan tertundanya penanaman modal, dan sumber daya perusahaan harus beralih ke topografi dan geografi yang lebih kompleks untuk mengembangkan sumber produksi baru.
"Kami melihat sejumlah perusahaan menengah dan berbasis pasar negara berkembang muncul untuk mengamankan posisi keuangan mereka," tulis Vallar.
Manajemen meyakini, dengan kondisi tersebut, Vallar menangkap peluang akuisisi dan kemitraan dengan perusahaan-perusahaan tersebut. Kerja sama investasi dan kemitraan itu diharapkan memberikan nilai tambah dan potensi bisnis perusahaan mitra.