Saham Pengelola CFC Bergerak Tak Wajar
VIVAnews - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mencermati pergerakan saham PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP). Saham perusahaan pengelola restoran cepat saji California Fried Chicken itu terjadi peningkatan harga dan aktivitas transaksi di luar kebiasaan dibanding periode sebelumnya (unusual market activity).
"Bursa Efek Indonesia telah meminta konfirmasi kepada perusahaan pada 27 Februari 2012," kata Direktur Utama BEI, Ito Warsito, dalam penjelasan tertulis bursa di Jakarta.
Pada awal transaksi hari ini, Kamis 15 Maret 2012, harga saham Pioneerindo Gourmet International dengan kode perdagangan PTSP itu juga sempat ditransaksikan menguat Rp200 (10 persen) ke level Rp2.200. Namun, hingga penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, harga saham stagnan di posisi Rp2.000.
Selama Februari 2012, saham perusahaan tercatat menunjukkan penguatan pada beberapa hari transaksi. Pada 7 Februari 2012, saham Pioneerindo menguat Rp110 (16,42 persen) ke level Rp780.
Selanjutnya, harga saham kembali terangkat pada 13 Februari 2012 ke level Rp880, setelah naik Rp100 (12,82 persen). Harga saham pun mampu menembus level Rp1.000 atau naik Rp200 (25 persen) pada perdagangan 21 Februari 2012.
Bahkan, saat BEI meminta konfirmasi kepada perusahaan pada 27 Februari 2012, saham Pioneerindo sudah berada di level Rp1.250 atau naik Rp250 (25 persen). Selama periode perdagangan 7-28 Februari 2012, saham Pioneerindo hanya sempat melemah sekali pada 14 Februari 2012 di posisi Rp800 atau terkoreksi Rp80 (9,09 persen).
Sekretaris Perusahaan Pioneerindo Gourmet International, Kusuwandi Tamin, dalam penjelasannya kepada BEI pada 28 Februari 2012 mengatakan, tidak ada informasi material terkait kenaikan harga saham perseroan dari Rp1.000 menjadi Rp1.250 selama periode 26-27 Februari 2012. "Tidak ada aktivitas transaksi dari pemegang saham tertentu," ujar Kusuwandi.
Manajemen juga menambahkan, perseroan tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat.
Berdasarkan penjelasan tertulis PT EDI Indonesia, selaku biro administrasi efek Pioneerindo yang disampaikan kepada BEI pada 5 Maret 2012 disebutkan mengenai laporan kepemilikan saham perusahaan yang mencapai lima persen atau lebih.
Dalam laporan itu disebutkan, per 29 Februari 2012, komposisi kepemilikan efek Pioneerindo yang mencapai lima persen atau lebih adalah Deutsche Bank AG, Singapura, sebesar 21,84 persen, BNYM SA/NV as Cust of Bank of Singapore Ltd (47,55 persen), PT Bayu Buana Tbk (8,91 persen), dan ABN Amro Nominees Singapore Pte Ltd (9,37 persen).
Dibanding selama Januari 2012, komposisi pemegang saham yang mencapai lima persen atau lebih itu juga tidak berubah. Total kepemilikan saham sebesar lima persen atau lebih mencapai 87,68 persen, atau sama dengan komposisi pada Januari 2012.
Seiring peningkatan harga yang tidak wajar itu, BEI meminta investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan terkait permintaan konfirmasi bursa. Investor juga diminta mencermati kinerja perusahaan dan keterbukaan informasinya.
Pemodal juga diharapkan untuk mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan apabila belum memperoleh persetujuan pemegang saham. Namun, pengawasan BEI atas pergerakan harga saham Pioneerindo di luar kebiasaan ini tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap aturan pasar modal. (umi)