Malaysia Airlines Diminta Berguru ke AirAsia
VIVAnews - Mantan perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, rupanya mendesak maskapai penerbangan milik Malaysia, Malaysia Airlines, untuk 'mengambil ilmu' dari AirAsia tentang struktur manajemen berbiaya murah.
Menurut Mahathir, saat ini momen terbaik mempelajari dan melihat, mengapa maskapai milik negara sendiri mengalami krisis keuangan yang serius sedangkan maskapai yang lebih murah malah memberikan keuntungan.
Apalagi, kata Mahathir yang mengakhiri jabatannya sebagai perdana menteri di tahun 2003 itu, sebagian saham Malaysian Airlines sudah dimiliki Khazanah Nasional yang juga memiliki saham AirAsia. Pada Agustus tahun lalu, Malaysia Airlines dan AirAsia menandatangani perjanjian kerjasama yang diperkuat dengan Tune Air dan Khazanah, sebagai pemegang saham utama dari AirAsia dan Malaysia Airlines.
Kerjasama ini mengakibatkan Tune Air memegang saham 20,5 persen di Malaysia Airlines dan Khazanah memiliki 10 persen saham dari AirAsia. Pendiri Tune Air, Tan Sri Tony Fernandes dan Datuk Kamarudin Meranun, kemudian juga bergabung dalam jajaran petinggi Malaysia Airlines.
Harusnya, kata Mahathir, hubungan ini mengikat kebersamaan mereka. "Mengingat kedua perusahaan penerbangan beroperasi dari negara yang sama, tidak ada alasan untuk Malaysia Airlines gagal. Mereka harus bekerja sama," tutur Mahathir dilansir Bernama, Sabtu 3 Maret 2012.
Mahathir menambahkan bahwa AirAsia mendapatkan banyak uang meski merupakan merupakan maskapai berbiaya rendah. "Jadi ada sesuatu hal yang Malaysia Airlines dapat mempelajari manajemen AirAsia, dengan biaya yang murah, dan menghasilkan keuntungan," kata Mahathir.
Malaysia Airlines disebut mengalami kerugian 2,52 miliar ringgit pada 31 Desember 2011, dan merupakan kerugian terbesar dalam sejarah perusahaan, dengan pendapatan 13,9 miliar ringgit. Sementara itu, AirAsia melaporkan laba bersih 564,1 juta ringgit dengan pendapatan 4,47 miliar ringgit yang menjadi rekor pendapatan mereka.